Seventeeń

1.1K 63 5
                                    

Ivan pun teringat siapa itu Davano, Orang yang sudah merusak segalanya. Berani sekali dia ingin masuk ke dalam hidupnya Sherlin lagi.
—————

Tanpa disadari kedua orang tersebut melakukan satu hal yang sama, Sherlin tidak sekolah begitu pun sama dengan Thomas.

Thomas sadar bahwa aksi yang ia lakukan kemarin sangat amat bodoh dan kekanak- kanakan. Tidak seharusnya ia meninggalkan seorang wanita di Negara yang wanita itu tidak kenal, sebegitu bodohnya kah Thomas untuk melakukan hal tersebut?

Ia seharusnya bertanggung jawab, ia yang membawa wanita itu pergi seharusnya juga ia yang membawa wanita itu pulang dengan selamat. Walaupun ia tau wanita itu pulang dengan selamat, tetap saja ia tidak ada disisi wanita itu untuk memastikannya secara langsung.

"Astaga seberapa bodoh nya sih lo?! Thomas?!" Teriak thomas kepada dirinya sendiri.

Tapi mau gimana pun, Thomas tidak bisa menghindari rasa senangnya saat Shintya kembali. Ia pun tetap ingat bahwa Shintya milik Ivan namun apa benar benar tidak ada lagi kesempatan Ia untuk mendapatkan Shintya?

Ia sedang mempermainkan hatinya Sherlin, ia sangat tau itu. Ia juga tidak mengerti kenapa dapat terpikat dengan wanita itu. Tidak pernah ia benar benar ingin melindungi seorang wanita selain Shintya, namun Sherlin berbeda, wanita tersebut seakan rapuh meminta pertolongan tapi disaat itu juga dia berusaha menutupi bahwa dia rapuh, ia menutupi dengan aura dingin yang ia tampakkan.

"Maaf, Thomas juga tidak bermaksud untuk mengatakan hal kasar itu saat makan bersama Sherlin" Ucap Thomas seakan dia berharap Sherlin dapat mendengarkannya dan memaafkannya.

Hari ini Sherlin berniat untuk menghilangkan rasa sedih yang ia rasakan. Salah satu caranya adalah dengan masak. Ia ingin sekali menjadi Chef handal yang ada di Hotel bintang lima. Namun, Sherlin tidak bercita-cita menjadi Chef.

Sherlin sampai di Dapur, ia langsung membuka kulkas mencari bahan makanan untuk dimasak. Sherlin sibuk mencari bahan makanan sampai tidak tau bahwa ada seseorang yang berdiri di depan pintu dapur.

"Lagi ngapain sih?" Tanya orang tersebut. Sherlin pun menghiraukan nya dan tetap mencari bahan makanan.

"Lagi mau masak ya? Masakin buat gw juga ya. Gw lagi laper nih" Saut Ivan

"Lo mau gw masakin? kalau gitu lo harus nemenin gw belanja, hari ini mau buat steak tapi bahan makanan nya ga ada" Ucap Sherlin.

"Yauda, lo siap-siap gih. Gw tunggu di mobil ya" Setuju laki-laki tersebut. Ivan selalu senang ketika Sherlin ingin memasak. Masakan perempuan tersebut tidak ada tandingannya, ia pun bingung padahal Sherlin tidak pernah belajar masak, Ivan juga tidak pernah melihat nya menonton Cooking Show.

Sherlin membeli banyak hal, tidak hanya bahan makanan melainkan juga beberapa pakaian anak kecil dan mainan anak kecil.

Ivan menghampiri Sherlin, Ia baru datang karena tadi disuruh Sherlin untuk mencari Trolley Barang. Ia kaget melihat banyak sekali barang untuk anak kecil.

'untuk apa dia membeli semua ini? apa sebenarnya dia sudah punya anak tapi di sembunyikan?'Asumsi Ivan.

'Astaga! mana mungkin Sherlin sudah hamil dan melahirkan sebuah anak. Mukanya saja masih polos seperti itu.' Lanjut Ivan dalam batinnya.

Setelah membayar semua barang yang ia ingin beli. Sherlin dan Ivan membawa banyak sekali kantong belanjaan. Ivan masuk ke dalam mobil saat sudah 3x berturut-turut berjalan dari Cashier ke mobil.

"Buat apa lo beli barang buat anak kecil itu? lo udah punya anak? lo sembunyiin ya?" Ucap Ivan asal.

"Gila ya lo, van. Ya kali gw punya anak, disembunyiin lagi. Ini ke panti asuhan deket rumah dulu ya" Pinta Sherlin

"Oh, lo mau sumbangin ini ke panti asuhan? Dikirain gw lo punya anak yang disembunyiin. Hehe maaf ya" Ivan merasa bersalah bicara seperti itu.

"Emang gila ya lo. Gw biasanya kalau ke supermarket dan punya uang lebih pasti akan beli barang buat anak-anak di panti." Jelas Sherlin

"Gw mengerti rasanya tidak mempunyai orang tua saat kecil, beruntung gw di adopsi Papa dan Mama. Jika tidak gw udah ga tau sekarang gw bakalan seperti apa" Lanjut Sherlin lirih.

"Gw paling tidak 1x sebulan kesana, terkadang juga bisa 2x seminggu. Tergantung dengan uang dan waktu yang gw punya. Disana juga gw sering merenungkan diri sendiri. Gw ga bisa bilang diri gw tidak beruntung, disaat banyak anak kecil yang lebih dahulu di tinggalkan orang tuanya, gw sudah di adopsi duluan dengan Papa dan Mama." Ucap Sherlin sambil menghapus air matanya.

"Lo emang punya hati yang baik, belom pernah gw ketemu orang yang punya hati sebaik lo. Gw seneng bisa ketemu sama lo, Sher. Gw seneng bisa kenal sama lo, dianggap abang sama lo. Jangan sedih-sedih lagi ya! Gw ga suka lihat lo nangis seperti ini." Jawab Ivan

"Kita sudah sampai. Hapus dulu yuk air matanya, masa nanti dilihat adek-adek kecil nangis seperti ini" Lanjut Ivan

Sherlin pun menghapus air matanya dan bersenyum kepada Ivan. Mereka berdua pun turun dan masuk ke dalam halaman panti. Mereka melihat anak-anak kecil sedang berlarian di halaman, ada juga yang sedang mewarnai.

"Eh ada nak Sherlin. Tumben tidak menelfon terlebih dahulu nak" Ucap seorang wanita paruh baya.

"Iya nih, Bi. Kebetulan tadi ke supermarket jadi sekalian mampir juga kesini." Jawab Sherlin

"Oh iya bi, sebentar ya saya ambil barang nya dulu, ada di mobil" Ucap Sherlin

"Sini, Bibi bantu juga. Arvin, Ezra, dan Zaidan bantu Bibi yuk angkatin belanjaan" Teriak Bibi Jina kepada tiga anak laki-laki tersebut.

"Oke bi!" seru ketiaga orang tersebut.

Ivan tidak menyangka bahwa Sherlin suka membantu panti asuhan ini. 'Udah muka nya mirip malaikat, perilaku nya juga seperti malaikat, gimana orang ga akan suka sama lo si, Sher.' Ucap Ivan sambil tersenyum sedikit.

tbc.
Vote yaa! Biar aku cepet bikin chapter selanjutnya. Kalian jaga kesehatan okey?
Menurut kalian chapter ini gimana?
#dirumahaja 💖💖

Bad Boy and Cold GirlWhere stories live. Discover now