part 2

4.7K 533 64
                                    

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

"Yaish!! Kapan darahnya mau berhenti?! Aarrggh! Penyakit sialan!" umpatnya kesal.

Kini Seokjin tengah menutupi luka goresnya dengan kain di sofa Apartemen dengan menggerutu tentunya. Karena sampai saat ini darahnya masih keluar dan belum juga mau berhenti. Juga ia telah menghubungi Dokter pribadinya yang juga Saudaranya. Putri sulung dari Bibinya. Kakak pertama Ayahnya.

Rona bibir tebalnya sudah tak merah muda lagi, tampak pucat. Kali ini Seokjin tidak baik - baik saja. Tubuhnya sudah mulai melemas karena darahnya tak ingin berhenti. Goresan itu cukup dalam dan Seokjin tak mau ke rumah sakit. Karena ia tak suka dengan bau rumah sakit.

Tubuhnya ia sandarkan di punggung sofa, tangan kiri terus memegang kain putih dan matanya terpejam. Samar - samar ia bisa mendengar sebuah suara password Apartemen ditekan dan pintu terbuka. Menampilkan seorang Dokter cantik yang berlari ke arah Seokjin dan duduk di sampingnya.

Beruntung sang Kakak sepupu tidak ada pekerjaan yang berat dan bisa datang kemari. Memang tak seharusnya ia memanggil seorang wanita untuk kemari. Karena ini sudah hampir tengah malam. Tapi mau bagaimana lagi. Seokjin sedang dalam keadaan genting. Suntik pembekuan ada di tangan gadis itu. Jadi mau tak mau harus menghubunginya.

Tanpa kata, Gadis itu segera mengambil suntikan dan cairan pembekuan. Mengisi suntikannya dengan cairan itu. Lantas ia menyuntikkan cairan itu ke lengan Seokjin. Sedikit meringis ketika jarum itu menembus ke dalam kulitnya.

Begitu selesai, ia menyingkirkan tangan Seokjin dari lengan. Memeriksa luka gores yang terlihat dalam dan cukup panjang di lengannya. Ia mendongak menatap Seokjin yang masih terpejam.

"Lukamu cukup dalam. Noona akan menjahitnya dan kau akan Noona suntik bius agar kau tidak merasakan sakit." terangnya.

Mata itu terbuka, menatap Saudara sepupunya. "Apa harus di bius total?" tanyanya.

Gadis itu terkekeh kecil. "Kau pikir kau sedang melakukan operasi sehingga kau harus di bius total? Tidak Seokjin-a. Hanya di bius lokal saja di lengan dan kau akan tetap sadar. Meski kau tetap akan sedikit merasakan ngilu nantinya." terangnya dengan bergurau.

Senyum tipis terukir di bibir tebal seorang Kim Seokjin. Hanya sekilas. Kemudian mata itu terpejam kembali agar tak melihat sang Kakak menjahit kulitnya. Melihat langsung kulit mulusnya dijahit membuat bulu kuduknya berdiri. Merinding rasanya.

Lantas sang Kakak segera mengeluarkan hampir semua peralatan medisnya yang sengaja ia bawa dari rumah sakit. Peralatan yang biasanya untuk operasi. Karena ia yakin jika Seokjin mendapat luka yang cukup dalam dan panjang. Maka ia harus membawa beberapa perlengkapan operasi.

Sebelumnya ia menatap sejenak wajah Seokjin. "Pejamkan saja matamu jika kau tidak tahan melihatnya." titahnya.

Seokjin hanya mengangguk sebagai jawabannya dan Kakak sepupunya ini langsung menyuntik bius. Detik itu ia memulai pembersihan darah di sekeliling luka goresnya. Darahnya telah mengering setelah di suntik pembekuan.

Dalam pekerjaannya yang serius, Kakak sepupunya ini mengajak ngobrol Kim Seokjin agar ia tak merasakan rasa ngilu yang ia dapat. "Apa ini perbuatan Ayahmu lagi?" tanyanya.

Perlahan mata Seokjin terbuka. Menatap langit - langit Apartemennya. Decakan remeh terdengar sampai indera pendengarannya. "Ya. Kau benar Noona." jawabnya santai.

The Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang