Epilog [Jeju-do]

3K 235 27
                                    

Sudah 2 tahun lamanya, pemuda Kim; Kim Seokjin, menetap di Jeju-do. Ia tidak tinggal sendirian. Melainkan bersama dua orang terdekat, meski Seokjin belum terlalu dekat karena salah satunya adalah seorang wanita. Dan dua hari yang lalu seorang pria tiba - tiba datang berkunjung ke Villa milik Seokjin. Sahabat kecilnya sekaligus seorang hacker yang sangat ia percayai.

Alasan ia menetap di Jeju hanyalah karena si wanita ular itu, Im Jin-ah alias Nana, menghilang entah ke mana. Padahal mereka sudah menemukan lokasi keberadaannya. Namun seakan tahu dengan rencana mereka untuk menangkapnya, wanita itu kabur.

Dikala mereka mencari wanita itu di tempat persembunyian, hanya kekosongan yang mereka dapatkan. Lemari pakaian kosong dan tak ada sosok wanita ular itu dimanapun. Hanya beberapa bungkus makanan yang belum di buang. Besar kemungkinan, wanita ular itu makan lebih dulu sebelum kabur. Sehingga mau tak mau mereka menetap untuk sementara waktu di Jeju-do.

Bunyi 'tak' tiba - tiba terdengar dari meja makan. Seorang gadis kini tengah mempersiapkan sarapan untuk penghuni Villa ini. Ada seorang pelayan yang membantunya. Beruntung ia tak sendirian mengerjakan pekerjaan rumah tangga, meski hanya di pagi dan siang hari. Malamnya ia mengerjakannya sendirian. Selama ia tak protes atau mengeluh.

Kini meja makan telah tertata rapi dengan berbagai macam hidangan yang begitu lezat. Makanan yang gadis ini buat memang sangat lezat, sehingga urusan dapur dan pekerjaan rumah tangga ia yang bertanggung jawab. Sedangkan ketiga pria itu yang menanggung sisanya.

"Ahjumma, aku akan memanggil mereka untuk sarapan." celetuknya. Yang Ahjumma tersenyum dan mengangguk.

Setelahnya gadis itu beranjak meninggalkan meja makan dan menghampiri ketiga pemuda yang berada di ruang tengah. Mereka tengah membahas tentang kaburnya seorang Nana dari Jeju.

"Hei! Sarapan sudah siap," lapor gadis itu.

Hanya yang paling tua di antara keduanya saja yang menatap gadis itu. Sedangkan keduanya masih fokus dengan data yang mereka pegang. Ia tersenyum. "Arraseo. Gomawo, Jisoo-ya. Maaf kalau kami merepotkanmu."

Gadis bernama lengkap Kim Jisoo itu menggeleng seraya terkekeh. "Aniya. Oppa selalu saja meminta maaf, seharusnya pemilik Villa inilah yang mengucapkan kata itu. Bukan Jonghyun Oppa," sindirnya yang mengarah pada Seokjin. Ia melirik ke arah Seokjin.

Mendengar kalimat sindiran yang memang mengarah padanya, lantas ia menoleh. Menatap datar gadis yang baru saja menjulurkan lidahnya mengejek. Sedangkan Seokjin hanya berdecak kesal seraya kembali menatap datanya. Malas untuk membalas ledekan Jisoo. Telinganya sudah terbiasa dengan kelimat - kalimat sindiran yang selalu tertuju padanya. Kebal katanya.

Jonghyun menatap kedua pemuda yang paling muda darinya. "Lebih baik kita sarapan dahulu, setelah itu kita bahas masalah ini di ruang pribadi." usulnya.

Tanpa sepatah kata Seokjin berdiri dengan tampang dinginnya. Membuat yang melihatnya meringis ngeri dan gugup, seperti yang di rasakan Jisoo sekarang. Padahal sudah mengenal Seokjin selama 2 tahun, tapi ia masih dilanda kegugupan jika berhadapan langsung dengan Seokjin. Sikapnya tak pernah berubah. Meski sudah melewati 2 tahun lamanya Jisoo tinggal di Jeju bersama.

Seokjin lantas membawa tungkai kakinya ke meja makan yang menghadap taman belakang. Dekat kolam renang juga. Di ikuti sahabatnya- Min Yoongi, lalu di susul Jonghyun dan Jisoo. Villa milik Seokjin ini berada di atas bukit. Membuat mereka bisa melihat keindahan pantai dari atas sana. Bahkan mereka sering melihat sunrise dan sunset dari balkon.

Ketika sampai di meja makan Seokjin segera duduk paling ujung dekat kaca besar dan menatap keluar kaca. Entah kenapa ia jadi tertarik dengan langit biru yang begitu indah di luar sana. Apalagi dengan adanya pantai menambah keindahan pemandangan yang Seokjin pandang.

The Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang