part 9

2.9K 358 38
                                    

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

"Seokjin-a, apa kau mau makan malam di sini? Ini sudah jam 5 sore dan Noona ingin kita makan bersama sembari menunggu Kakak Iparmu bangun." tuturnya sedikit memaksa.

Mata Seokjin masih tertuju pada ponsel yang ia genggam di tangan kirinya. Sedangkan tangan kanan tak ada henti - hentinya mencomot makanan ringan yang berada di meja pantry. Makanan yang di sediakan Jieun untuk dirinya. Tak menghiraukan perkataan Jieun yang berada di depannya hanya menghela nafas pasrah.

Tatapan lesu tercetak jelas pada wajah sang Kakak. "Ayolah sayang. Apa kau tak merindukan Kakakmu ini?" tanyanya.

Helaan nafas keluar bersamaan dengan turunnya ponsel dari pandangannya dan mengalihkan matanya pada sang Kakak. Menatap dengan tatapan datarnya. "Jangan merengek Noona. Kau jauh lebih dewasa dariku, kenapa kau yang lebih kekanakan?" herannya.

"What? Kau mengatai Noona kekanakan?! Adik durhaka!"

Seokjin memutar bola matanya jengah. Oh ayolah! Kenapa Kakaknya ini mudah sekali tersinggung??

"Oh God! Baiklah. Aku akan makan malam bersama kalian," pasrahnya.

Kedua sepasang mata Jieun seketika membesar dan raut wajahnya berubah bahagia spontan menggenggam tangan kanan Seokjin. "Jinjja?! Huwaaa!! Noona sangat senang! Gomawo Seokjin-a!" teriaknya riang sembari melompat - lompat seperti anak kecil.

Sosok lelaki bernama Kim Seokjin itu hanya memperhatikan sang Kakak yang melompat - lompat layaknya seorang anak kecil. Anak kecil yang senang jika di belikan es krim atau permen. Kali ini senyum tipis terbit di bibirnya. Tak menyangka Kakaknya ini akan bersikap seperti anak kecil.

Senyumnya seketika luntur tergantikan rupa datarnya dikala Jieun menatapnya.

"Kalau begitu, Noona akan menyelesaikan masakan Noona dan kau tunggu saja di meja makan." titahnya antusias.

Hanya anggukan kecil yang Seokjin berikan pada sang Kakak. Menuruti perintah Jieun dan mendudukkan diri di kursi meja makan. Sembari tangan tetap memainkan ponselnya di meja makan. Ia tak pernah lepas dari ponselnya. Lebih tepatnya gamesnya.

Namun, saat baru bermain selama 1 menit. Ponselnya tiba - tiba bergetar dan itu membuatnya terkejut setengah mati. Seokjin sedikit terlonjak dan untungnya ia tak spontan melempar ponselnya.

"Aish jinjja! Mengagetkan saja!" gumamnya kesal.

Ia memutar ponselnya yang tadinya ia posisikan landscape karena bermain gamesnya. Keningnya sedikit mengerut. Di sana tertera nama 'Jihyun Imo' di layar ponselnya. Tidak biasanya fikir Seokjin.

Akhirnya ia angkat sudah telepon dari Bibinya.

"Yeoboseyo?" Seokjin terdiam sejenak. Mendengarkan dengan seksama setiap kalimat yang diutarakan oleh seseorang di seberang sana. Dan detik itu juga kedua belah matanya melebar. "Mwo?!" sentaknya spontan menegapkan punggungnya.

Otomatis sang Kakak juga terkejut dengan teriakan Seokjin barusan. Ia mendongak dan menatap heran ke arahnya.

"Bagaimana bisa Putramu diculik? Dan lagi, sudah selama ini dia diculik, dan Imo tak memberitahuku?!" bentaknya.

"Maafkan Imo, Jin-a. Imo tidak ingin membuatmu dan keluargamu khawatir. Maka Imo tidak memberitahukan pada kalian." jawab Jihyun lesu.

The Twins ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang