part 8

3.4K 381 33
                                    

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Dua minggu berlalu setelah pertemuan Jieun dan Seokjin di Rumah sakit.

Kini sikap Seokjin semakin menjadi. Dingin, pendiam dan acuh. Setelah dirinya mengingat kejadian kelam keluarganya dan yang ternyata Kakaknya menghilang entah ke mana saat itu. Bahkan sampai sekarang anak itupun tak pernah menunjukkan batang hidungnya di hadapan sang Kakak.

Seokjin hanya akan berbicara atau menjawab sekenanya saja pada orang terdekat. Terlalu malas untuk mengeluarkan kalimat panjang dari mulutnya.

Selama ini juga Seokjin sudah tak lagi tinggal di kediaman Kim melainkan tinggal di Apartemennya. Ia menuruti apa perkataan Ibunya yang mengusir dirinya dari rumah. Tak perduli ia masih dianggap Anaknya atau tidak.

Dan kini Seokjin tengah berada di taman kampus. Memandang beberapa Mahasiswa dan mahasiswi yang sedang bercengkrama. Hari ini ia memaksa untuk masuk kuliah tanpa hambatan. Meski keenam sahabatnya mencegahnya untuk masuk kuliah.

Ia duduk sendirian di temani sebatang nikotin di tangannya yang ia sesap dan hembuskan asapnya melalui mulutnya. Ia ingat jelas apa yang dikatakan Jieun padanya saat ia bangun dari pingsan.

Namun beberapa menit kemudian tangannya terhenti ketika mendengar suara menyambar dari belakangnya.

"Berhenti merokok Jinie-ya. Itu tidak sehat untuk tubuhmu."

Tanpa menolehpun Seokjin sudah tahu jika suara itu adalah suara kembarannya. Hanya anak itu yang selalu memanggilnya 'Jinie'. Tidak ada yang lain.

Ia kembali menyesap batang nikotin itu. "Untuk apa kau menemuiku?" tanyanya ketus.

Lelaki yang merupakan saudara kembarnya melangkah mendekati dirinya namun tidak duduk di sampingnya. Karena asap rokok itu. Seokjin hanya sekedar melirik lantas kembali menatap beberapa orang di depannya.

Seokjun menatapnya lekat. "Apa kabarmu, saeng? Kita sudah tidak saling berbicara dan bertemu satu sama lain selama dua hari. Apa kau tak merindukan Hyungmu ini hm?" tanyanya lembut.

Yang ditanya tak langsung menjawab. Seokjin mematikan rokok itu terlebih dahulu dan berdiri. Melangkah menghindari Seokjun dari arah sebaliknya.

Tanpa menatap Seokjin menjawab, "Aku tidak pernah merindukan siapapun. Kau, Eomma ataupun Abeoji." tekannya saat menyebut 'Abeoji'.

"Jinie-ya..."

"Jangan pernah panggil aku dengan nama itu lagi. Rasanya sangat menjijikkan kau tahu!" dengusnya dingin.

Seokjun menggeleng. "Aku akan tetap memanggilmu Jinie, karena kau adalah adik kecilku yang nakal." balasnya.

"Cih! Itu dulu. Sekarang aku bukan Adik kecilmu lagi, Kim Seokjun-ssi." bantahnya. Seraya berlalu.

Tatapan Seokjun menyendu ketika kembarannya berlalu pergi dari hadapannya. Tanpa berpamitan. 'Kenapa sekarang Seokjin semakin dingin padaku?' batinnya.

Namun Seokjin tiba - tiba membalikkan tubuhnya menghadap saudara kembarnya. Dengan tatapan yang sangat datar. "Kita memang satu kampus, dan mungkin kita akan sering bertemu. Tapi aku minta tolong padamu, sebisa mungkin berikan jarak sejauh mungkin dariku. Terima kasih!" pesannya ketus. Lalu berbalik lagi dan berlalu.

Meninggalkan sosok saudara kembarnya yang menatap punggung Seokjin lesu. Sesakit inilah Seokjun rasakan. Perkataan Seokjin pada dirinya sangat terasa menyakitkan relung hatinya. Tak menyangka perubahan Seokjin akan sejauh ini padanya. Perlakuan kedua orang tuanya membuat Seokjin benar - benar berubah.

The Twins ✓Where stories live. Discover now