part 16

2.4K 311 22
                                    

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Pukul 08.35 KST

Di sinilah Seokjin berada sekarang. Duduk Merenung sendirian di Taman Rumah sakit dengan tangan kanan yang tak menganggur. Terselip sebatang rokok yang di apit di jari telunjuk dan tengahnya. Ia menyesapnya dalam diam dan pandangan terus mengarah pada luar pagar besi yang jauh di depannya. Pikirannya saat ini menerawang terlalu jauh tentang kondisi kesehatan kembarannya.

"Sejak kapan kau merokok, Jin-a?" tanya seorang wanita yang secara tiba - tiba.

Sontak mengejutkan sosok Seokjin yang melamun di bangku Taman. Ia menoleh dan mendapati sang Kakak datang. Dan dari iris matanya mendapati sosok lelaki yang ia kenal sedang berjalan menghampirinya.

Kim Jieun mendudukkan diri di sisi kosong bangku Taman yang diduduki oleh sang Adik. Namun tatapannya tak pernah lepas dari wajah sang Adik yang kini telah berpaling darinya. Kembali menatap lurus ke depan.

"Kenapa tak menjawab pertanyaan Noona?" tanyanya lagi.

Seokjin kembali menyesap benda laknat itu dan menghembuskannya kemudian. "Sejak kapan aku merokok itu bukan urusan Noona." jawabnya ketus.

Tatapan Jieun seketika menajam. "Noona tidak menyukai seorang Adik yang membantah Noona! Buang rokok itu sekarang juga!" tegasnya.

"Biarkan sana Nona Kim. Seokjin memang tidak bisa di nasehati, kepalanya keras seperti batu." sambar seorang lelaki yang baru saja berhenti di samping kiri Seokjin.

Kini kepala Jieun terangkat dan mendengus kemudian. "Kau diam saja! Anak ini memang harus di beri peringatan agar tidak merokok lagi!" geramnya menunjuk Seokjin.

Namun lelaki yang berstatuskan sebagai Adik ini justru tak memperdulikan perkataan tegas sang Kakak. Seokjin tetap menyesap rokok itu dengan nikmatnya.

"Ada apa Hyung kemari?" tanya Seokjin datar.

Kim Jonghyun, sosok lelaki yang sedari tadi beridiri di samping Seokjin menghela nafas lelah. "Ada yang harus kau ketahui mengenai Jantung baru untuk Seokjun," jawabnya. Seokjin mengangguk. "Katakanlah." titahnya.

Belum juga Jonghyun mengatakan yang sebenarnya, Jieun telah menyelanya. "Tunggu! Kalian ini sedang membicarakan apa? Jantung untuk Seokjun? Jadi kalian sudah menemukan Jantung baru untuk kembaranmu itu, Jin?" tanyanya bertubi -tubi.

Sedangkan sang Adik mendengus kesal dan menatap tajam pada sang Kakak. "Berhenti bertanya dan simak saja pembicaraan kami!" tegasnya.

Bibir Jieun langsung terkatup dan sedikit kelu untuk menyahut atau membalas kalimat tegas dari Adiknya. Seokjin ini memang keras dan dingin ternyata pikir Jieun.

"Silahkan Hyung." titah Seokjin.

Jonghyun mengangguk mengerti. "Seokjin, kita harus membuat surat persetujuan pengambilan Jantung baru di Jepang dan harus ditanda tangani oleh salah satu dari kedua orang tuamu. Itu berarti kau harus mengatakannya pada Ibumu mengenai Jantung ini." jelasnya.

"Tidak. Aku tidak akan memberitahukan ini padanya."

Kening Jieun mengerut. "Wae? Bukankah seharusnya Nyonya Kim mengetahui tentang ini? Kau harus mengatakan yang sebenarnya padanya." tuturnya.

"Nona Kim benar Seokjin. Kau harus mendapatkan tanda tangan Ibumu sebelum surat itu dikirim ke Jepang."

Sebelum menjawab, Seokjin mematikan api rokoknya dan merematnya kemudian. Lalu di buang ke tong sampah yang berada di belakang Jonghyun.

The Twins ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt