CHAPTER 4

2.9K 378 3
                                    

Hari ini adalah hari pertama Keyra masuk Taman kanak-kanak, gadis kecil itu memperkenalkan dirinya tanpa perasaan malu dan juga canggung.

Geva tidak menemaninya, sebab Keyra sendiri yang meminta kepada Geva untuk tidak menunggu dan menemaninya. Ia tidak ingin pekerjaan Ibunya semakin berat hanya karena menemani dirinya di sekolah.

Nyonya Park—Ibu Jiyeon banyak membantu untuk melengkapi perlengkapan sekolah Keyra, Geva tentu saja sangat senang.

Geva kini berada di rumah Jennie untuk membantu wanita itu, mulai dari mencuci pakaian, membersihkan perlengkapan dapur dan membersihkan seluruh ruangan. Geva tidak merasa keberatan dengan pekerjaan tersebut, sebab ia bahagia karena Keyra sudah bisa merasakan bagaimana gadis itu belajar di tempat yang seharusnya. Yaitu, sekolah.

Geva bahkan masih mengingat bagaimana senyuman lebar Sang Putri disaat dirinya mengatakan jika Keyra akan masuk ke dalam Taman Kanak-Kanak, karena terlalu senang dan juga bahagia, gadis kecil bernama Keyra itu mencium seluruh wajah Sang Ibu dengan penuh cinta.

Kini, Geva tengah melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas, itu adalah jam di mana sebentar lagi Keyra akan pulang sekolah. Geva mengemaskan barang-barang yang terlihat berantakan, kemudian dia meminta izin kepada Jennie untuk menjemput Keyra.

I WANT CHILDREN

Gadis kecil itu tengah berlari-lari di halaman sekolah, sekolah tersebut tampak sepi karena seluruh siswa sudah pulang, sementara Keyra tengah menunggu Sang Ibu untuk menjemput dirinya.

Karena terlalu ceroboh, gadis kecil itu terjatuh dan menyebabkan luka di lututnya hingga dirinya menangis keras. Tidak ada yang menolongnya sebab sekolah sudah sepi.

Jimin—pria itu berada di dekat sekolah Keyra, disaat ia tengah berjalan untuk mencari minuman dingin yang berada di supermarket, ia mendengar suara tangisan yang keras dan ia merasa jika suara itu tidak jauh darinya. Rasa penasarannya membuat dirinya mencari suara tangisan tersebut.

Dirinya benar-benar terkejut ketika melihat seorang gadis kecil yang tengah terduduk di tanah sembari menangis keras, Jimin yang melihat itu langsung saja menghampirinya dan menggendong gadis kecil itu. Ia berusaha menenangkannya.

"Sst, tenanglah, Paman akan mengobati lututmu," ujar Jimin lalu membawa gadis kecil itu ke apotek terdekat untuk membeli obat, ia menepuk-nepuk punggung gadis kecil itu agar berhenti menangis.

Ia membawa Keyra kembali ke sekolah untuk mengobati lutut gadis kecil tersebut. "Siapa namamu?" tanya Jimin lalu membersihkan luka yang terletak di lutut gadis kecil itu.

"J-Jeon Keyra."

"Oh, baiklah, nama Paman Park Jimin, kau bisa memanggilku dengan sebutan Paman Jimin." ujar Jimin memperkenalkan dirinya, gadis kecil itu mengangguk pelan. "Di mana orang tuamu?"

"Ibu sedang bekerja, dan Ayah.. Ayahku sudah meninggal Paman, tapi Ibu selalu mencoba menyembunyikan kepergian Ayah." Jimin terdiam mendengar Keyra.

"Kau ingin memiliki seorang Ayah?"

Keyra mengangguk cepat mendengar Jimin, tentu saja dia ingin.

"Kau bisa memanggilku dengan sebutan Papa jika kau ingin." ujarnya lalu membawa gadis kecil itu ke pangkuannya—setelah ia mengobati luka gadis gadis kecil itu.

"Baik, Papa!" Keyra langsung saja memeluk Jimin erat, pria itu terkejut tapi dirinya juga membalas pelukan gadis kecil itu erat.

"Keyra!" Keyra menoleh dan melihat Geva yang berjalan ke arahnya, dengan cepat ia melepaskan pelukan Jimin dan beralih kepada Geva yang menatapnya. Keyra berlari, tidak peduli dengan rasa sakit yang berada pada lututnya.

"Ibu?" Geva dengan cepat membawa Sang Anak masuk ke dalam dekapannya, memeluk gadis kecil itu dengan erat.

"Ibu pikir kau hilang." Geva terus mengecup kening Putrinya.

"Bu, aku terjatuh dan aku dibantu oleh Papa." Geva membulatkan matanya. Apa? Papa? Dia tidak salah dengar, kan? Pandangan Geva kini beralih ke Jimin—pria tampan yang tengah menatap mereka berdua.

Geva menggendong Keyra dan berjalan ke arah Jimin.

"Tuan, terima kasih sudah menolong Putri saya. Dan, mengapa Putri saya memanggil Anda dengan sebutan Papa?" Jimin hanya menaikkan satu sudut bibirnya membentuk smirk.

"Saya yang menginginkannya."

"Apa hak Anda menyuruh Putri saya memanggil Anda dengan sebutan Papa?" Geva mulai emosi dengan pria yang berada di hadapannya.

"Saya memang tidak memiliki hak menyuruh Putri Anda memanggil saya dengan sebutan Papa. Saya hanya merasa kasihan kepada Keyra karena tidak memiliki seorang Ayah yang bisa memberikan kasih sayang padanya." Geva terdiam mendengarnya, kenapa pria itu tahu? "Nyonya, Putri Anda mengetahui jika Papa-nya sudah meninggal dunia, dia hanya menyembunyikan hal ini kepada Anda agar Anda tidak sedih." Geva menatap Keyra yang tengah berada di gendongannya.

"Saya tidak keberatan jika Putri Anda memanggil saya dengan sebutan Papa, saya menyukainya. Ah, ya... Perkenalkan, namaku Park Jimin."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I WANT BABY ✓ Where stories live. Discover now