CHAPTER 17

2.3K 300 5
                                    

"Ah! Bodoh!" Kesal Geva lalu menutupi wajahnya yang memerah. Wanita itu benar-benar malu, bagaimana bisa dia hampir terjatuh? Pagi tadi membuatnya frustasi, bahkan ia malu untuk memperlihatkan wajahnya di hadapan Jimin nantinya.

"Air sialan! Kenapa kau harus tertumpah?!"

Bahkan saat pagi tadi, mereka menyempatkan diri untuk berbicara dengan posisi gila itu. Kendati hanya sebentar. Geva mendorong pria itu sekuat tenaganya—agar Jimin melepaskan dirinya, pria itu hanya bisa memperlihatkan senyuman anehnya setelah pegangannya terlepas dari tubuh Geva. Geva tidak tahu arti dari senyuman aneh yang Jimin berikan.

Peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja itu terjadi tiga jam yang lalu.

I WANT CHILDREN

"Kalian tidak melakukan malam pertama?" tanya Taehyung kepada Jimin, Jimin yang mendengarnya langsung saja melemparkan botol air minum miliknya ke wajah Taehyung. Pertanyaan apa itu?

"Dasar pendek! Aku bertanya padamu!"

"Pertanyaan bodoh!"

"Hei! Aku sudah merelakan waktuku hanya untuk bertemu dan bertanya tentang hal ini padamu, dan kau dengan teganya melempar botol ke wajah tampanku?" Kesal Taehyung, dia datang ke kantor Jimin hanya untuk menanyakan malam pertama pria itu bersama Geva. Wah! Taehyung sahabat sialan.

Jimin hanya terkekeh lalu menjawab. "Haha, masa bodoh itu urusanmu!" Dan wajahnya kembali datar dan pandangannya kembali fokus ke laptopnya. Taehyung hanya berdecak kesal mendengarnya.

Jimin kini tidak melanjutkan pekerjaannya, terkekeh kecil mengingat bagaimana kejadian yang terjadi secara kebetulan itu—antara dirinya dan juga Geva. Jujur saja, Jimin ingin kejadian tersebut terulang, ia ingin melihat wajah Geva dari dekat.

Terlihat dari dekat maupun jauh, wajah Geva selalu terlihat sangat cantik dan juga manis. Wajah polos yang diberikan oleh Geva tadi pagi masih terbayang dalam pikirannya.

Dirinya terus tertawa kecil dan juga tersenyum aneh, hingga pada akhirnya pria itu meringis kesakitan disaat Taehyung melempar botol minum ke arah kepalanya. Sepertinyanya ini adalah pembalasan dendam.

"Yak! Kenapa kau—"

"Kau tersenyum seperti orang tidak waras, kau bahkan tidak mendengar apa yang aku katakan padamu, sialan!" Kesal Taehyung lalu menajamkan matanya disaat berbicara dengan Jimin, sedangkan Jimin hanya berdecak kesal sambil memutar bola matanya malas.

"Ck, ingin tahu sekali."

"Tentu saja aku ingin tahu apa yang kau pikirkan, mungkin sudah lima ratus kata yang aku keluarkan dari mulutku, tetapi kau tidak mendengarnya."

Taehyung benar-benar kesal dengan Jimin, ia bahkan sudah berbicara banyak hal kepada Jimin, tapi nyatanya, pria yang diajak bicara olehnya sibuk dengan dunianya sendiri.

"Kau memikirkan apa? Tidak biasanya." Taehyung bertanya kepada Jimin, selagi Jimin terlihat waras oleh kedua matanya, ia segera bertanya.

"Aku bingung dengan perasaanku sendiri."

Taehyung mengerutkan keningnya mendengar perkataan Jimin, pria itu dengan segera menegakkan tubuhnya disaat mendengar ucapan Jimin yang membuatnya sedikit tertarik untuk mengetahuinya.

Taehyung beranjak dari sofa lalu mendudukkan bokongnya di kursi yang tersedia di hadapan meja kerja Jimin.

"Kau bingung kenapa?"

"Aku merasa jika aku memiliki rasa terhadap Geva."

"Rasa? Apa maksudnya? Rasa benci? Kecewa? Sedih kepada Geva? Seperti itu?" Jimin mengusap wajahnya kasar.

"Kau ini pura-pura tidak tahu atau memang tidak tahu?"

"Aku tidak berpura-pura."

Jimin menarik napasnya. "Rasa suka, kasih sayang, dan—cinta, Kim Taehyung yang tampan tapi memiliki sifat aneh..."

Taehyung hanya mendengus kesal mendengar Jimin. Awalnya ia diberikan pujian, tapi pada saat kalimat akhirnya, sungguh menyebalkan.

"Kau memikirkan Geva hingga kau tersenyum bodoh seperti itu?" Jimin mengangguk pelan mendengar Taehyung. Ia tidak tahu dengan perasaannya sendiri.

"Jika kau mencintainya, katakan saja kepadanya."

"Bagaimana jika dia tidak menyukaiku? Pernikahan ini hanya demi Keyra, gadis kecil yang selalu aku inginkan untuk dijadikan sebagai anakku." tanya Jimin khawatir.

"Kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan jika kau tidak mencobanya, Bung!"

"Aku belum bisa, pernikahan ini baru saja terjalin selama satu minggu lebih, bagaimana bisa aku menyukainya secepat itu?!" tanyanya, pria itu bingung terhadap dirinya sendiri.

"Itu karma, Park. Akhirnya apa yang aku katakan padamu itu benar, haha, kau menjilat ludahmu sendiri." Jimin memutar bola matanya malas.

"Sialan kau! Lalu, aku harus bagaimana? Tidak mungkin aku akan mengatakannya secara langsung, dia akan menanggapku gila nantinya."

"Bukankah kau memang sudah gila?" tanya Taehyung dengan kekehan, menyenangkan sekali jika membuat Jimin kesal.

"Kim Taehyung!"

"Baiklah-baiklah." Taehyung masih saja terkekeh. Baiklah, ia akan serius, jika Jimin sudah memanggil nama lengkapnya berarti pria itu sudah benar-benar kesal kepada dirinya.

"Kau harus menyatakan perasaanmu, berikan dia bunga atau semacamnya, coklat? Bisa, berikan apa pun yang ia sukai lalu nyatakan perasaamu." ujar Taehyung membuat Jimin terpikir kembali.

"Kenapa aku ragu?"

"Sebenarnya kau benar-benar mencintainya atau hanya merasa nyaman bersama dirinya? Mencintai dan merasa nyaman itu berbeda." Mendengar Taehyung, Jimin menjadi bungkam. Ia tidak tahu dengan perasaannya. Ia benar-benar mencintai Geva atau hanya sekedar nyaman?

"Rasakan baik-baik, jangan menyatakan cinta padanya jika dirimu hanya merasa nyaman padanya." Jimin menatap sekilas Taehyung dan mengangguk, ia melirik jam, sudah menunjukkan pukul setengah sebelas.

"Sudah hampir pukul sebelas, ingin menemaniku menjemput Keyra?" tanya Jimin yang hanya diangguki oleh Taehyung. Jimin menjemput Keyra lalu mengantar anaknya pulang dan dirinya akan kembali lagi ke kantor. Seperti ini kehidupan Jimin sekarang, sulit dan melelahkan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I WANT BABY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang