CHAPTER 19

2.3K 308 11
                                    

Jimin terbangun dari tidurnya karena ia merasakan sakit yang luar biasa pada bagian kepala dan juga bagian tubuhnya. Kemungkinan itu efek dari alkohol, ia terlalu banyak meminumnya kemarin.

Ia bangun dengan lemas, dirinya menoleh dan mendapatkan Geva yang tengah menutup wajahnya dengan bantal serta tubuhnya yang gemetaran. Jimin belum sepenuhnya sadar, tapi ia bisa menyadari jika istrinya sedang menangis.

"Geva?" Jimin membulatkan matanya disaat ia menyadari jika dirinya dan juga Geva sama-sama tidak memakai sehelai pakaian, di dalam otak kecil Jimin ada sebuah pertanyaan. "A-Apa yang terjadi?"

"Kau jahat."

"G-Geva?" Pria itu benar-benar gugup.

"Apa kau tidak tahu apa yang terjadi antara kita berdua?" tanya Geva dengan isakan, wajahnya memerah, matanya sembab akibat menangis dari semalam. Tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"K-Kita melakukannya?"

Geva tidak menjawab perkataan Jimin, ia hanya menangis di balik bantal. Menutupi wajahnya dengan bantal, memegang tubuhnya yang gemetaran sebab shock dengan apa yang terjadi.

Jimin yang mengerti dengan perasaan Geva kini membawa wanita itu masuk ke dalam dekapannya, mencoba memberi ketenangan, tapi nyatanya wanita itu menolak Jimin. Tidak ingin disentuh oleh Jimin.

"Aku tidak ingin disentuh oleh pria sialan sepertimu hiks." Jimin tidak peduli dengan apa yang Geva katakan pada dirinya, ia tetap berusaha mengambil tubuh Geva untuk masuk ke dalam dekapannya.

"Kau sialan hiks, aku benar-benar kecewa padamu! Bagaimana jika aku hamil? Aku ben—"

"Aku akan bertanggung jawab." Jimin terdiam sejenak. "Aku mencintaimu. Jika kau menganggap perkataanku hanya untuk membuatmu percaya, kau salah. Aku sudah jatuh cinta padamu."

I WANT CHILDREN

Jimin berada di perusahaan miliknya, pria itu tengah melakukan meeting bersama dengan klien yang ingin mengajak dirinya untuk bekerjasama. Sebenarnya pria itu tidak ingin melakukan meeting dengan siapa pun, hanya saja orang yang mengajaknya meeting sudah berada di kantor tanpa menghubunginya. Dengan terpaksa ia harus melakukan meeting tersebut.

"Baiklah, cukup! Meetingnya selesai." Jimin menghentikan meeting tersebut, semua orang yang berada di ruang meeting terdiam. Jimin tahu tujuan orang yang mengajaknya meeting. Jimin beranjak dari tempat duduknya, memberikan senyuman miring kepada orang yang membuang-buang waktunya.

"Tuan, saya tidak akan pernah ingin bekerjasama dengan Anda, untuk apa kita melakukan meeting ini jika ujung-ujungnya Anda hanya ingin melakukan kerjasama dengan saya? Menawarkan berbagai produk yang Anda jual? Meeting ini membuang-buang waktuku saja. Silahkan pergi."

Jimin keluar dari ruang meeting, meninggalkan beberapa orang yang kesal akan ucapan darinya.

Dirinya datang ke perusaahan setelah memberi ketenangan kepada sang istri, Keyra tengah menemani Ibunya. Jimin yang menyuruhnya, lagi pula Keyra sudah telat untuk masuk sekolah.

"Semoga saja dia hamil. Ada untungnya minum bersama mereka."

Jimin terkekeh lalu melihat ke arah jam tangan, terlihat sudah pukul lima sore. Ia berharap Geva baik-baik saja bersama Keyra. Wanita itu tidak memberinya pesan selama ia meninggalkan rumah.

"Apa aku terlalu cepat untuk menyatakan perasaanku? Ah, sialan."

I WANT CHILDREN

"Ma? Mama baik-baik saja?" tanya Keyra khawatir. Ia melihat jika Ibunya tengah diam melamun, dan itu membuat Keyra khawatir.

"Ah? Ya, Mama baik-baik saja." Dustanya.

Gadis kecil itu mencoba menyentuh kening Ibunya, ia merasa jika Ibunya tengah demam. Sama seperti dulu.

"Tubuh Mama hangat, Mama demam?"

Geva tidak menjawab, dirinya merasa jika dirinya tidak enak badan. Kemungkinan dirinya sakit sebab shock dengan apa yang terjadi antara dirinya dan juga Jimin.

Geva memperhatikan gerak-gerik Putri kecilnya, ia melihat jika Putrinya tengah mengambil ponselnya. Keyra menempelkan benda berbentuk pipih tersebut pada telinganya, Geva semakin bingung, apa yang dilakukan Keyra?

"Halo? Papa, Mama sakit."

Oh tidak, Geva yakin jika dirinya akan semakin sakit jika Jimin akan pulang dan kembali memperhatikan dirinya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I WANT BABY ✓ Where stories live. Discover now