CHAPTER 16

2.3K 304 8
                                    

Baik Jimin maupun Geva sama-sama terkejut atas perkataan Nyonya Park, Jimin tidak mengerti dengan apa yang orang tuanya pikirkan. Mereka hanya menikah demi Keyra, kenapa orang tuanya tiba-tiba meminta cucu? Bukankah mereka tahu jika Putranya menikahi Geva hanya karena Putranya menyukai anak-anak, menikah demi Keyra?

"Ibu? Ibu tahu, kan jika kami menikah hanya karena Keyra?"

"Jadi? Kalian tidak ingin memiliki anak dari hasil kalian?"

Jimin tampak menghela napasnya. "Bu, kami belum memiliki rasa satu sama lain."

"Kapan kalian akan memiliki perasaan satu sama lain? Menunggu Ayah dan Ibu mati lalu kalian memberi cucu? Seperti itu?" Pasangan suami istri itu terdiam.

"Tapi—"

"Pokoknya Ibu dan Ayah ingin cucu dari kalian."

I WANT CHILDREN

"Jangan memikirkan perkataan Ibu, aku tidak akan memaksamu untuk memiliki anak dariku." ujar Jimin kepada Geva, ia sadar jika wanita cantik itu tengah melamun memikirkan perkataan sialan dari Ibunya.

"Lagi pula kita tidak memiliki perasaan satu sama lain, kita menikah demi Keyra, aku tidak peduli dengan perkataan Ibu yang ingin memiliki anak dari kita. Cukup Keyra saja, aku sudah senang memilikinya." Pria itu tengah fokus mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda—kembali sibuk dengan laptopnya.

"Bagaimana jika Ibu terus memintanya?" tanya Geva membuat Jimin terdiam sekilas, pria itu membalikkan tubuhnya lalu menatap Geva.

"Aku tidak tahu."

I WANT CHILDREN

Keesokan harinya.

"Aku akan berbicara baik-baik dengan Ibu, cukup kau pikirkan masa depan kita semua." ujar Jimin kepada Geva yang tengah menyiapkan pakaian sekolah Keyra. Jimin tengah berada di depan cermin, fokus merapikan dasinya yang tak kunjung selesai.

"Tapi bukankah memiliki anak merupakan sesuatu yang akan datang di masa depan? Bukankah kita harus memikirkannya?"

"Itu jika kau memang ingin memiliki anak, membuat Adik untuk Keyra." Oh, baiklah, pikiran Jimin terlalu jauh, bahkan Geva tidak sampai memikirkan ke arah tersebut. Dirinya hanya ingin membahas tentang Ayah dan juga Ibu Jimin yang meminta mereka untuk memberikan mereka cucu.

"Bukan seperti itu maksudku."

"Lalu bagaimana maksudmu?"

Jimin yang tadinya sibuk mengurus dasinya, kini menghampiri Geva yang tengah duduk di tepi ranjang. Keyra sedang mandi, gadis kecil itu tidak ingin dimandikan lagi.

Bahkan Jimin tidak memikirkan dasinya, ia akan meminta tolong kepada beberapa temannya untuk mengurus dasinya jika sudah berada di kantor atau mungkin ia tidak akan memakainya.

"Aku meminta penjelasan darimu, kau ingin memiliki anak dariku atau—"

"Sst! Diam kau, sebaiknya kau cepat mengurus Keyra yang sudah berdiam diri di depan pintu kamar mandi dibandingkan membahas hal ini. Aku akan menyiapkan sarapan!" Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Geva meninggalkan kamar lalu menyiapkan sarapan.

Jimin hanya menghela napas melihatnya, pria itu menggeleng pelan melihat Geva. Kini, dia beralih kepada Keyra, membantu Putrinya memakai pakaian.

I WANT CHILDREN

"Sepertinya aku akan pulang sedikit larut, tapi aku usahakan untuk pulang secepatnya." ujar Jimin lalu menggigit roti selai buatan Geva, pria itu juga kini sedang membantu Keyra untuk memotong rotinya. Untuk memudahkan Putri kecilnya untuk makan.

"Aku memakluminya, jangan terlalu memaksakan diri untuk menyelesaikan seluruh pekerjaanmu, kau akan sakit nantinya." Jimin tidak melanjutkan aktivitas memotong roti untuk Keyra, dirinya menatap sekilas Geva yang tengah mengunyah memakan roti. Wanita itu khawatir padanya?

"A-Ah, y-ya, tentu saja."

Geva menatap Jimin yang tengah memotong roti untuk Keyra. "Jangan memotongkan roti untuknya, jangan terlalu memanjakan Keyra. Aku tahu kau sayang padanya, hanya saja jangan terlalu berlebihan, dia gadis yang mandiri dan dia bisa memakan rotinya tanpa harus dipotong berbentuk persegi panjang seperti itu." ujar Geva kepada Jimin, pria itu menatapnya sekilas lalu kembali melanjutkan acara memotong roti Keyra.

"Semakin kau memanjakannya, dia tidak akan mandiri kedepannya, jadilah Ayah yang baik untuk Keyra jika kau ingin Putrimu menjadi gadis yang dewasa dan juga mandiri. Dan juga, jika kau terus memotongnya itu akan memperlambat waktu, apa kau tidak melihat jam? Sudah hampir menunjukkan pukul tujuh, kau dan Keyra akan telat nantinya." Baiklah, Jimin berhenti sekarang, ada benarnya yang dikatakan oleh Geva.

Keyra memakan rotinya setelah Jimin tidak melanjutkan aksi memotong rotinya.

Geva hanya tersenyum simpul lalu melanjutkan memakan roti tersebut. Tidak ada pembicaraan, hanya keheningan yang ada.

"Aku sudah selesai, Ma, Pa." Suara Keyra memecahkan keheningan, Jimin hanya terkekeh pelan mendengarnya. Pria itu juga sudah selesai menyelesaikan acara sarapannya, ia hanya menunggu Putrinya selesai.

"Baiklah kalau begitu, ayo kita pergi."

Saat Jimin mulai beranjak dari tempat duduk, dirinya dikejutkan oleh suara Geva yang menahan dirinya.

"Sebentar, dasimu." Wanita cantik itu berjalan ke arah Jimin. Dirinya sudah berada di hadapan Jimin, jantung pria itu berdetak tidak karuan disaat Geva mulai mengurus dan merapikan dasinya.

"Ibu air minumku tumpah."

"Iya, tunggu sebentar, sayang."

"Seharusnya seperti ini, kenapa kau bodoh sekali?" Geva benar-benar sibuk dengan dasi milik Jimin, ia sedikit berjinjit dan dirinya hampir saja terjatuh karena air yang tidak sengaja tertumpah di lantai.

Jimin dengan cepat menahan tubuh Geva, tangan kanan Jimin menahan tubuh wanitanya, dan tangan kirinya memegang lengan kiri Geva. Kedua mata mereka bertemu, mereka saling menatap, keduanya tidak mengalihkan pandangan terhadap lawan bicara. Bahkan mereka bisa merasakan napas dari lawan bicara mereka yang mengenai wajah mereka masing-masing. Posisi seperti ini membuat jantung mereka berdetak lebih cepat dari biasanya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I WANT BABY ✓ Where stories live. Discover now