2. Kisah :: 9 Maret 2003

226 5 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan vomments :)

Selamat membaca :))

Lamongan, 9 Maret 2003, pukul 19.30 WIB

Tempat tinggal orang tuaku yang sejak tanggal tiga maret juga menjadi tempat tinggalku, sejak pagi sudah ramai. Oh, tidak. Bukan sejak pagi melainkan sejak beberapa hari yang lalu. Kerabat dekat dan tetangga membantu orang tuaku untuk menyiapkan acara aqiqah kelahiranku. Acara aqiqah yang bertujuan sebagai bentuk rasa syukur orang tuaku atas kelahiran putri mereka yang pertama dengan selamat dan dalam keadaan sehat wal afiat. Tidak hanya bentuk rasa syukur atas diriku, tapi juga bentuk rasa syukur atas perjuangan Ibuku yang masih diberikan keselamatan setelah berjuang melahirkanku ke bumi.

Seekor kambing disembelih pagi tadi. Dagingnya dimasak dengan bumbu kerakahan dan bumbu lapis. Masakan kerakahan itu bumbunya seperti kebanyakan bumbu makanan berkuah dari Jawa lainnya. Bedanya terdapat pada kuah santan yang dicampur dengan kayu manis sebagai tambahan rasa. Kalau bumbu lapis, bumbunya seperti makanan bali. Bumbu utamanya terletak pada cabai merah besar dan ciri khasnya adalah daun salam sebagai penyedap masakan.

Setelah jama'ah shalat isya' selesai, para tetangga dan kerabat dari beberapa desa yang diundang sedikit demi sedikit datang. Mereka mengucapkan selamat pada Ayahku yang menyambut para tamu di depan tenda yang akan digunakan sebagai payung bagi para tamu. Beberapa acara telah dilewati. Kini tiba saatnya acara inti. Acara Marhabanan sembari memotong rambutku.

Ayah mengambil alih diriku yang sebelumnya digendong oleh Ibu. Aku yang saat itu dalam dekapan Ayah, diajaknya untuk berkenalan satu persatu dengan tamu. Ada sebagian dari tamu yang memotong rambutku sebagai simbol rasa syukur dan ucapan selamat datang padaku yang baru lahir di dunia ini.

Beberapa menit kemudian, Ayahku mengembalikanku pada dekapan Ibu. Saat itu, aku langsung menangis keras. Mungkin, itu terjadi sebagai balasan terima kasihku kepada banyaknya orang yang menyambutku dengan suka cita. Hatiku damai kala mendengar sholawat nabi tadi dan ketika lantunan sholawat nabi selesai dikumandangkan, aku yang tak rela lantas menangis. Aku rindu, pada Nabiku.

Ibu segera menimangku dengan kasih sayangnya. Ia menepuk-nepuk pantatku agar aku berhenti menangis. Ibu bahkan menyanyikanku lagu sholawat badar. Seketika aku berhenti menangis. Perasaanku jadi damai. Ibu, suaramu adalah penenangku.

Tbc

Ucapin makasih buat Ayah dan Ibu :)

3 Juni 2020

Tertanda,
Erina Putri

Akan Kuceritakan Semua Tentangku [COMPLETED]Where stories live. Discover now