36. Kisah :: 26 Agustus 2019

26 1 0
                                    

Selamat membaca

Lamongan, 26 Agustus 2019 pukul 16.13 WIB

Aku terbangun sekitar satu jam setelah kejadian saat aku jatuh pingsan. Namun, petugas UKS memintaku untuk tetap di UKS lantaran suhu tubuhku yang tak kunjung turun dan kondisiku yang semakin pucat. Penjaga UKS memang menyuruhku untuk pulang, tetapi aku enggan. Aku merasa dunia luar terlalu menakutkan bagiku. Tetapi sekarang aku tak bisa berkutik ketika UKS akan ditutup sebab jam pembelajaran sudah selesai, yang berarti sudah saatnya UKS ditutup.

Aku lantas menggendong tas punggungku yang entah sejak kapan sudah ada di UKS. Jangankan tas, aku saja tidak tahu siapa yang membawaku ke UKS. Ketika aku keluar dari UKS, koridor ramai. Aku lupa jika sekarang baru beberapa menit jam sekolahku usai. Apalagi koridor depan UKS ini jalan menuju gerbang. Tentu saja ramai.

Aku yang tidak tahu harus kemana lantaran UKS sudah terkunci, berusaha setenang mungkin menuju ke parkiran. Tubuhku sangat lemas dan sikap waspadaku tidak hilang juga. Aku takut kejadian tadi akan terulang. Beberapa dari siswa-siswi yang melewatiku pun ada yang terang-terangan menatapku. Mungkin, kejadian tadi menyebabkan keramaian atau hanya firasatku saja?

Aku tidak nyaman dengan padangan itu. Setiap aku melangkah, aku selalu merutuki diri sendiri. Merasa ceroboh dan bodoh.

Tiba-tiba saja ada sebuah jaket menutupi kepalaku dan aku mendadak berhenti. Kemudian aku merasakan pergelangan tangan kananku diikat dengan sebuah tali. Aku sudah memikirkan hal yang buruk ketika sebuah suara yang familier memenuhi telingaku.

"Aku Exan dan kamu, Wulan, kamu aman. Ikutin tali ini aja, ya," katanya.

Aku menurut saja karena aku mencoba untuk percaya padanya. Hanya dia satu-satunya yang bisa menolongku dari situasi ini. Oh ralat, mungkin hanya dia yang bisa membantuku hidup di lingkungan asing ini.

"Sorry bikin kamu kaget," ucapnya setelah mengambil jaketnya yang menutupi kepalaku begitu kami sampai di parkiran.

Aku tersenyum canggung. "Nggak apa-apa, kok. Maaf banget jadi ngerepotin."

"Santai. Kan aku teman kamu."

"Teman?" tanyaku balik, meyakinkan.

Dia mengangguk. "Teman bakalan selalu ada buat kamu. Jadi, jangan sungkan untuk minta tolong. Kamu nggak sendiri, Lan. Dan nggak semua orang itu jahat."

Aku tertegun mendengarnya. Apa Exan mengetahui apa yang terjadi padaku tadi?

"Besok setelah pulang sekolah, luangin waktu, ya. Aku mau ajak kamu ke tempat dimana kamu akan merasa kalau kamu itu luar biasa."

"Kemana?"

"Kalau penasaran, besok kamu bisa ikut aku."

"Aku usahain," putusku.

"Terima kasih karena tidak langsung menolak." Exan mengembangkan senyumnya, mengundang senyumku turut hadir juga. Meskipun sangat tipis, se-tipis kepercayaanku padanya sekarang.

Tbc

Sorry banget slow respon :(
Minggu ini aku ada UTS, jadi ya gitu. Kemungkinan ini cerita kelar awal desember kali, ya. Mundur teruss wkwkwk

29 November 2020
Tertanda,

Erina Putri

Akan Kuceritakan Semua Tentangku [COMPLETED]Where stories live. Discover now