23. Kisah :: 19 Februari 2017

58 2 0
                                    

Jangan lupa vomments

Selamat membaca :)

Warning!!!
Part ini aku khususkan untuk kalian yang pngen belajar mengenai sex edu. Kalo kalian merasa nggak nyaman ketika baca awal-awalnya atau udah merasa risih, nggak apa-apa jika diskip part ini kok teman-teman. Krn jujur, aku ngetiknya juga hati-hati bgt😭takut ada yg kesinggung, takut ada yg risih, dll. Intinya, smg kalian bisa se-pemikiran sama aku. Dan untuk kalian yg pernah menjadi korban pelecehan seksual, kalian hebat udh bertahan💖apalagi udh berani buat speak up. Mohon maaf bgt atas ketidaknyamanan ini :) smg kalian bisa faham untuk apa aku ngangkat konflik ini yaps :))

Lamongan, 19 Februari 2017 pukul 08.23 WIB

Hari itu, Om Handoko, atasan sekaligus teman dekat ibu datang ke rumah. Membawa beberapa mainan untuk adikku dan beberapa buku penunjang belajar untukku. Kedatangannya kusambut dengan senyum tipis yang kutampilkan padanya.

Semalam, ibu sudah mengatakan padaku jika besok saat hari minggu, Om Handoko mau mengajak ibu dan adik jalan-jalan bersama. Sekedar ingin memperkenalkan lebih dalam lagi 'calon ayah' pada Damar yang mungkin masih tabu soal ayah sambung. Sebenarnya, ibu ingin mengajakku juga. Namun kutolak baik-baik dengan alasan aku ingin belajar di rumah. Lagipula aku hanya tidak ingin mengacaukan acara liburan kecil-kecilan itu.

Sejauh ini hubungan ibu dengan Om Handoko berjalan lancar. Bahkan paman serta keluarganya sudah tahu tentang Om Handoko. Meskipun pada awalnya terasa sekali ada beberapa cibiran yang dilontarkan pada ibu dari orang-orang sekitar yang 'sok tahu', aku terus berusaha menguatkan ibu. Mengatakan pada ibu jika ibu berhak menciptakan kebahagiaan di kehidupan ibu sendiri.

Aku rasa, ibu sudah menciptakan kebahagiannya sendiri sekarang. Terlihat dari ibu yang membawa adikku ke kamar untuk ganti baju saat Om Handoko datang untuk menjemput mereka. Sementara aku diminta untuk menemani Om Handoko duduk di ruang tamu lantaran emak, nenekku, pergi ke rumah paman.

"Wulan kenapa nggak mau ikut?" tanyanya, membuka percakapan.

"Wulan mau belajar, Om. Kan Wulan udah SMP. Jadi belajarnya harus ditingkatkan lebih banyak lagi."

Om Handoko berdiri, berpindah duduk tepat di sampingku. Saking dekatnya, hingga lengan kami saling bersentuhan. "Di SMP ada pelajaran Ipa, kan?"

Aku menjawabnya dengan menganggukkan kepala.

"Berarti udah diajarin soal ini dong."

Tanpa kuduga, Om Handoko tiba-tiba membuka kancing celana jeans panjang yang ia kenakan. Kemudian ia menurunkan resletingnya hingga memperlihatkan celana dalamnya. Tangan kirinya menarik tangan kananku, membawanya ke area pangkal pahanya. Aku mencoba melawan dengan menarik tangan kananku sekuat tenaga hingga rasanya aku ingin berteriak meminta bantuan.

"Kalo kamu teriak, om nggak akan segan-segan nyakitin ibu dan adik kamu," ancamnya.

Mencoba membuat perlawanan dan merasa ada kesempatan, aku menggigit keras lengan tangan kirinya. Saat tangan kananku berhasil lepas dari cengkramannya, aku sontak berlari ke dalam kamar. Menutup pintu kamar rapat lalu terduduk bersandar pada pintu.

Air mata dan suara tangis yang perlahan datang, berusaha aku redam dengan menutupi wajahku menggunakan kedua telapak tangan. Aku terus merutuki kebodohanku. Menyesali lidahku yang kelu. Menyalahkan tenggorokanku yang suaranya mendadak beku.

Beberapa saat kemudian, samar-samar aku mendengar ibu menanyakan keberadaanku pada lelaki itu.

"Dia ke kamar. Lupa ada tugas kayaknya," jawabnya.

Aku lantas menutup kedua telingaku menggunakan kedua tangan. Mendadak, aku takut pada suaranya. Seolah-olah suaranya tengah mengikuti dan menghantuiku. Perlahan, aku mendengar ibu mengetuk pintu kamar.

"Wulan, kamu nggak apa-apa kan, Nak?" Ibu bertanya.

Merasa lebih tenang, aku menjawab, "Iya, Bu. Wulan nggak apa-apa. Tadi baru ingat kalau ada tugas jadi buru-buru dikerjain. Ibu kalau mau berangkat, berangkat aja, Bu. Wulan bisa jaga rumah, kok."

"Kamu jaga rumah ya, Nak. Ibu sama adik berangkat dulu."

"Hati-hati, Bu."

Setelahnya, aku mendengar suara knalpot motor melaju bersamaan dengan tangisku yang mendadak bersuara, lagi.

Tbc

9 Agustus 2020
Tertanda,

Erina Putri

Akan Kuceritakan Semua Tentangku [COMPLETED]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum