32. Kisah :: 20 Agustus 2019

29 1 0
                                    

Selamat membaca

Target akhir november cerita ini sudah ending bisa nggak, ya? :v
Moga bisa dehhhh

Lamongan, 20 Agustus 2019 pukul 16.30 WIB

Salah satu hal yang paling aku hindari adalah berada di keramaian. Sejak kecil aku lebih nyaman dengan diri sendiri. Ditambah lagi mengingat kenyataan buruk itu, membuatku semakin enggan berinteraksi dengan banyak orang. Terutama laki-laki. Itulah salah satu alasanku memilih untuk diam meski mengalami ketidakadilan.

Karena menghindari hal itu, aku selalu pulang di saat sekolah sudah sepi. Bahkan tak jarang hanya ada aku yang di kelas. Baru ketika melewati lapangan utama, ada beberapa siswa yang sedang mengikuti latihan outdoor ekstrakulikuler. Sebut saja paskibra, futsal, drum band, dan yang lainnya.

Pada saat pendataan siswa baru beberapa waktu yang lalu, aku memang mengisi form ekstrakulikuler selain pramuka yang sifatnya wajib. Yaitu ekstrakulikuler jurnalistik. Karena niatku mengisi form hanya untuk formalitas, aku tidak pernah mengikuti rapat anggota. Sama sekali tidak pernah. Lagi-lagi penyebabnya adalah aku yang enggan menemui banyak orang.

Aku yang saat itu fokus menatap lantai koridor pinggir lapangan lantas mendongak ketika sebuah bola futsal mengenai kepalaku. Untung saja itu hanya bola futsal. Meski sakit, bola futsal jauh lebih baik daripada bola voli atau bola basket, bukan?

Mataku menatap seseorang yang tengah menuju ke tempatku berdiri setelah sebelumnya menunduk untuk mengambil bola futsal itu. Aku mengenalinya. Wajahnya sering aku lihat akhir-akhir ini. Entah sengaja atau tidak, yang jelas saat ini dia berdiri tepat di hadapanku sembari mengembangkan senyumnya.

"Maaf banget, Wulan. Sakit nggak?" tanya Exan, nampak merasa bersalah.

Aku menggeleng singkat lalu meyodorkan kedua tanganku yang tengah memegang bola futsal.

"Makasih, ya," katanya kemudian mengambil alih bola futsal itu dariku.

Aku tahu saat itu dia tidak tahu mengenai kondisiku atau tidak bermaksud untuk membuatku tidak nyaman lantaran tangannya yang tanpa sengaja mengenai punggung tanganku. Aku yang bisa merasakan telapak tangannya yang dingin itu segera menarik kedua tanganku. Tidak sampai disitu, aku juga mengambil langkah mundur. Menjaga jarak darinya. Bahkan aku menatap was-was Exan yang menatapku bingung.

"Wulan, kenapa? Kamu baik-baik aja, kan?" Dia bertanya.

Aku menggeleng cepat. Hanya seperti itu lalu mengambil langkah lebar menjauh darinya. Tanpa sepatah katapun, aku berlari meninggalkannya.

Aku takut.

Aku lari dari mimpi buruk itu

Tbc

16 November 2020
Tertanda,

Erina Putri

Akan Kuceritakan Semua Tentangku [COMPLETED]Where stories live. Discover now