39. Kisah :: 1 Januari 2020 (END)

71 4 3
                                    

Selamat membaca

Udah ending aja nihhh :(

Lamongan, 1 Januari 2020 pukul 09.00 WIB

Berhubung hari ini adalah hari libur nasional lantaran tahun baru Masehi, Bunda mengundang semua teman-teman sharing-ku selama ini untuk datang ke rumahnya. Bukan hanya teman-teman sharing, keluarga mereka juga diundang. Termasuk ibu dan adikku, Damar. Tasyakuran tahun baru sekaligus harapan baru, katanya. Harapan baru supaya ke depannya bisa menjadi lebih baik. Untukku dan semua makhluk Tuhan di muka bumi.

Butuh waktu berbulan-bulan bagiku untuk bisa berbaur dengan orang-orang di sekitarku. Awalnya canggung, ragu dan merasa aneh sudah pasti aku rasa. Tetapi Bunda, Exan, bahkan ibuku selalu menyemangatiku. Meskipun Exan dan ibu tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi padaku, namun mereka selalu mendukungku untuk berubah jadi orang yang lebih baik lagi. Bukan hanya untuk orang lain, akan tetapi untuk diriku sendiri. Itu yang terpenting.

"Xan, makasih ya," ucapku begitu Exan duduk di depanku. Dia yang menjadi tuan rumah, sulit sekali untuk bisa duduk diam walau sebentar. Oleh karena itu ketika Exan ada di dekatku, entah kenapa kalimat yang sudah aku simpan sedari dulu langsung meluncur begitu saja.

Exan tersenyum simpul. "Kamu udah bilang makasih belum ke diri kamu sendiri?"

"Sering." Giliran aku yang tersenyum kali ini. "Kan waktu itu kamu yang selalu ngingetin," tambahku.

"Udah terbiasa sekarang?"

"Berkat kamu." Senyumku semakin lebar. "Xan, aku boleh tanya sesuatu ke kamu?"

"Tanya apa?"

"Kenapa waktu itu kamu mau bantu aku buat damai sama diriku sendiri?"

Ini adalah pertanyaan terbesarku selama ini. Dulu, Exan hanyalah orang asing bagiku. Lalu perlahan dia menjelma menjadi orang yang paling dekat denganku. Orang yang paling marah kalau aku terluka. Orang yang paling sedih kalau aku sengsara. Orang yang paling bersyukur jika aku bahagia. Dan orang yang dengan sigap berdiri di depan demi melindungiku yang berdiri di balik punggungnya.

Dia tiba-tiba bangkit dari duduknya, kemudian menarik tangan kananku untuk mengikutinya bangkit berdiri. Meskipun aku heran, aku lebih memilih untuk memendamnya dan mengikutinya sembari melihat tangan kanannya yang memegang erat pergelangan tangan kananku.

Dia membawaku berdiri di sebuah cermin yang ada di lemari salah satu kamar yang ada di rumahnya. Lebih tepatnya kamar Bunda. Exan berdiri tepat di belakang punggungku. Kami sama-sama saling menatap di kaca besar itu.

"Kamu ingin tahu kenapa aku dengan yakin mau berteman sama kamu?" Aku mengangguk. "Karena aku ingin membantu seseorang yang belum menyadari betapa begitu berharganya dia."

"Dan orang itu?"

Dia membawa tangan kananku seolah-olah menunjuk kaca tempat kami bercermin. "Kamu. Sri Wulan Muti. Perempuan yang begitu berharga melebihi bulan yang diidam-idamkan untuk dimiliki. Aku titip jaga dia baik-baik, ya."

Aku segera tersenyum mendengarnya.

Teruntuk ibu, terima kasih sudah melahirkanku.
Teruntuk ayah, terima kasih sudah mengajariku menjadi perempuan yang kuat.
Teruntuk Om Handoko, terima kasih sudah membuatku menyadari jika orang-orang sepertiku membutuhkan rangkulan untuk saling menyemangati.
Teruntuk Damar, terima kasih sudah menjadi adik yang begitu kuat untuk aku jadikan sandaran.
Teruntuk orang-orang yang dulu pernah menghina dan mendiskriminasiku, terima kasih sudah membuatku sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi yang fana ini.
Teruntuk bunda, terima kasih atas rangkulannya untukku.
Teruntuk Exan, terima kasih atas segalanya. Waktumu, senyummu dan kata-kata terbaikmu.
Teruntuk kalian yang membaca kisahku, terima kasih sudah mau membaca kisahku yang pilu ini.
Teruntuk kalian yang pernah mengalami apa yang terjadi padaku, percayalah. Jika kalian merasa dunia kalian hancur, maka ciptakan dunia kamu sendiri. Dunia dimana kamu dihormati, dihargai dan didengarkan. Bukan dikucilkan apalagi diperlakukan seperti sampah. Tidak!!! Kalian berharga. Jangan biarkan cahaya kalian redup. Kalian berhak bahagia dan membuat kebahagiaan kalian. Life goes on, dear♡

Dari aku,

Wulan

END

Huaaa....
Udah end :(
Terima kasih banyak teman-teman yang udah baca cerita ini. Pas aku nulis cerita ini untuk pertama kali, deg-deg-an parah. Butuh banyak pertimbangan karena ini keluar dari zona nyaman dan aman akuu😭
Takut salah, takut menyakiti hati orang lain, dsb. Sampai ketika aku bikin story di whatsapp-ku ttng cerita yg mau aku tulis, ternyata banyak tmn"ku yg cerita ke aku. Gimana mereka mengalami diskriminasi, bullying, pelecehan seksual, dll. Akhirnya aku punya kekuatan utk speak up.
Sekali lagi kejadian buruk yg kalian alami SAMA SEKALI BUKAN AIB. Kalian berhak hidup bahagia. Oke?

Dan, yg ngerasa cerita ini ngengantung, sama sekali enggak. Karena niat awalku cuma pengen bantu speak up ttng masalah sosial yg ada di sekitar kita. Sama sekali nggk ada niatan bikin couple Wulan dan Exan. Cerita mereka selanjutnya, biarkan mereka yang tahu, ya :)

Mohon maaf kl selama ini ada typo, up lama atau hal yg kurang berkenan di hati lainnya.

Pesanku cuma satu.
Love Yourself

2 Desember 2020
Tertanda,

Erina Putri

Akan Kuceritakan Semua Tentangku [COMPLETED]Where stories live. Discover now