part 9

1.4K 136 17
                                    

.

.

.

Sepasang kaki mengayun di atas ranjang, pemiliknya sedang menunggu dalam bosan. Merajuk pada sang ayah yang sedang duduk di sofa tepat di depannya. Menatapnya sesekali menahan senyum dan memijit kening karena ulahnya yang nakal. Baru saja merasa lebih baik sedikit sudah minta pulang ke rumah. Dia lupa hampir dua jam lalu ia nyaris jatuh lemas di lift.

"Kau belum boleh pulang, nak."

"Tapi aku sudah tidak apa-apa, Appa. Aku sudah sehat."Jungkook menunduk, memajukan bibirnya dan terus sibuk menggoyangkan kakinya.

"Tadi dadamu masih sakit. Tidak boleh pulang dulu, heum. Appa akan menemanimu disini."tuan Kim menahan senyumnya melihat anaknya merajuk.

"Shireoyo! Aku ingin pulang, Appa. Aku tidak suka disini, bau obat."Jungkook memasang puppyeyes-nya pada ayahnya yang menghela nafas melihatnya.

"Siapa yang memintamu keluar ruangan tadi heum? Kau pasti baru bangun langsung beranjak, majja?"

"Itu...em...Kookie mencari Appa...ne..,"Jungkook mengangguk-angguk meyakinkan alasannya sendiri.

"Benarkah? Mencari Appa atau....ingin pulang sendiri?,"tuan Kim menatap Jungkook lekat. Jungkook menundukkan kepalanya melihat tatapan ayahnya.

"Kookie bosan disini, Appa."suara lirih Jungkook terdengar.

"Nanti kau boleh pulang jika sudah lebih baik. Sekarang kau disini dulu heum."Jungkook membuang nafasnya lelah.

Menarik kakinya kembali ke ranjang, menutupi kakinya dengan selimut. Jungkook berbaring, sedikit miring, membelakangi ayahnya. Menutupi tubuhnya dengan selimut tanpa perduli bagaimana infus di tangannya sangat mengganggu dan memejamkan mata. Dia kesal, tuan Kim tahu itu. Tapi jungkook tidak melawan.

"Tidurlah, kau perlu banyak istirahat."tuan Kim mengusap kepala Jungkook. Entah sejak kapan dia beranjak dari duduknya.

Jungkook membuka matanya, melirik sedikit pada ayahnya. Raut wajahnya terlihat memikirkan sesuatu. Tuan Kim menunggu anaknya bicara. Jungkook mengalihkan pandangannya, ragu mengucapkan apa yang di inginkannya. Selama beberapa menit mereka diam, tuan Kim tidak sabar saking penasarannya.

"Ada apa heum?,"ia menatap anaknya lembut.

"Em...boleh Kookie makan ramyeon, Appa?,"tuan Kim menahan senyumnya.

"Boleh. Nanti Appa bawakan heum."

"Dan soda?,"tambah Jungkook. Senyum tuan Kim hilang.

"Tidak untuk soda. Ramyeon saja heum."

"Tapi Appa...,"Jungkook memasang pout-nya.

"Tidak boleh minum soda. Soda tidak baik untuk kesehatanmu."

"Tapi Kookie suka soda."jungkook membalikkan tubuhnya lagi, menarik selimutnya menutupi kepalanya. Tidak perduli meski kakinya tersibak sedikit. Ia sedang tidak ingin melihat ayahnya. Banyak larangan pikirnya.

Tuan Kim menghela nafasnya lagi, ia berjalan mendekati kaki Jungkook. Menyelimuti anaknya yang sedang merajuk itu. Ia kembali mendekati kepala anaknya.

"Appa akan keluar sebentar, Appa akan kembali dengan ramyeon. Jangan nakal dan tetap di kamar, heum."tuan Kim mengusak kepala anaknya sebelum keluar dari kamar rawat anaknya.

Jungkook menurunkan selimutnya dari wajahnya, melihat ke arah pintu yang tertutup. Ayahnya sudah tidak bersamanya. Jungkook menatap langit-langit kamar, berpikir sendiri. Ia mendudukkan dirinya kemudian, melihat ke sekeliling. Menatap sebuah botol minum dinakas tepat di sisi ranjangnya. Ia mengerutkan hidungnya, seolah bicara pada botol air itu "aku tidak suka padamu!". Jungkook membuang pandangannya kesal.

Love Yourself || book 2Where stories live. Discover now