1. Mari berdansa

1.7K 153 22
                                    

Hujan deras melanda ibu kota malam ini. Air tumpah mengguyur jalanan berdebu yang segera menghamburkan para pejalan kaki. Namun, tak sampai lima menit trotoar kembali sesak dan kali ini lebih berwarna dengan payung aneka motif.

Sementara di luar hujan membubarkan kerumunan, tetapi tidak dengan mereka yang tengah sibuk meliukkan tubuh mengikuti dentum musik DJ dari dalam pub. Kedipan lampu dansa tidak berhenti menghipnotis para pedansa mengeluarkan pheromone untuk menggoda lawan jenis.

Seorang perempuan cantik bertubuh seksi dengan sedikit kain menutup tubuh terlihat duduk di pojok meja bar. Rambut berombak yang panjangnya menyentuh belikat sebagian ia jadikan tirai untuk mengurai konsentrasi pria hidung belang ke bagian tubuh yang menonjolkan belahan dada.

Iris kecokelatannya fokus menatap sekeliling. Berkali-kali ia berlagak tuli untuk menghindari goda dan rayu pria yang tidak berhenti mendatanginya.

"Tru, target terlihat masuk bersama lima pengawal." Suara seorang perempuan terdengar dari telinga yang tertutup earpod.

"Tru, bersiaplah!" Kali ini suara pria menggetarkan gendang telinganya.

Tanpa menjawab, ia menarik salah satu sudut mulut dan melepas alat komunikasi dari lubang telinga untuk disimpan di tas mungil yang selama ini melingkar bahunya.

Perempuan itu mengangkat gelas minuman dari meja bar, kemudian bangkit dan menarik seorang pria yang ia tahu tidak berhenti mencuri pandang dari balik bahu temannya.

Melangkah sensual, ia menarik dasi pria gempal yang mengekor bagai anjing dipancing dengan tulang. Sampai di lantai dansa, ia segera meliuk, mengekspos tubuh yang hanya tertutup kain satin berwarna hitam legam.

Merasa mendapat lampu hijau, tangan besar sang pria mencoba menyentuh area pribadi Tru, tetapi gagal karena gerakan menghindarnya yang tidak kalah luwes dengan penari profesional.

Ia tidak menyangka harus melakukan hal ini lagi, berpura-pura tertarik dengan pria mesum yang setiap detiknya tidak berhenti memicu amarah demi misi semata. Ia tidak pernah habis pikir kenapa penjahat selalu melakukan transaksi di tempat menjijikan seperti ini.

Tru memutar tubuh—membelakangi sang pria. Matanya terus menyisir keberadaan target yang seharusnya mencolok di tengah keramaian.

Ketemu!

Mata bulatnya menangkap sosok pria paruh baya menyusuri tepi lantai dansa yang dikelilingi lima pengawal. Melangkah dengan percaya diri, ia datang tanpa satu pun barang bawaan, kecuali setelan jas mahal yang menempel di tubuh, jam berwarna keemasan dengan kilau berlian di sekelilingnya, dan sepatu hitam mengkilat yang membuat high heels Tru terlihat seperti sandal jepit.

Melihat sang target berjalan semakin dekat, ia melepas diri dari jeratan pria mesum yang berhasil melingkarkan tangan ke pinggangnya. Ia kembali memutar tubuh dan melihat pria pendek itu memperpendek jarak wajah mereka. Kesal melihat bibir besar mencucu ke arahnya, ia menginjak kaki sang hidung belang kuat-kuat menggunakan hak sepatu stiletto dan membuatnya meringis kesakitan serta berucap kasar. Namun, tidak ada suara yang terdengar. Semua hilang ditelan oleh nyaringnya musik.

Mata Tru beralih ke pria kurus yang sudah melewatinya. Berjalan cepat ke arah mereka, ia memutar tubuh ketika jarak tak lagi bermakna dan merekayasa adegan seakan dia menabrak dengan tidak sengaja sang pengawal dari belakang.

"Aahhh!" teriaknya histeris yang mendapat perhatian dari pria yang terkenal memiliki banyak simpanan.

Tru menumpahkan air dari gelas yang membasahi dada yang setengah terbuka. Pengawal itu sempat tidak memedulikan dan membiarkannya tergolek di lantai dengan paha yang tersingkap lebih tinggi. Namun, tidak dengan sang bos yang menatap Tru bagai serigala melihat domba tergeletak tak berdaya.

Silver - XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang