30. Bertemu musuh lama

173 38 18
                                    

Suara gebrak pintu yang dibuka paksa mengejutkan seorang pria yang tengah menyeduh minuman dan hampir menumpahkan isinya ke lantai.

"Hei!" teriak marah pria berambut pirang kepada tiga orang penjaga yang masuk tanpa mengetuk atau permisi terlebih dahulu.

"Ma-maaf, Tuan Gosha. Kami sedang mengejar penyusup. Ia sepertinya masuk ke dalam." Para penjaga itu berhenti melangkah lebih dalam saat melihat emosi dipertontonkan dengan jelas di wajah pria bertubuh tinggi itu.

Ia berjalan dengan arogan ke tempat ketiga penjaga itu berdiri dan memukul kencang wajah penjaga yang baru saja memberinya penjelasan atas kelancangan mereka. Suara dhuak terdengar kencang, membuat si pria berseragam jatuh tersungkur ke lantai dengan darah segar mengalir keluar melalui sela mulut.

Pria itu tersenyum dengan cara mengerikan. Matanya berkilat menatap penjaga lainnya yang berusaha mempertahankan harga diri mereka dengan tidak sedikit pun memperlihatkan ekspresi ketakutan.

"Apa pun alasannya. Apa begitu cara kalian masuk ke dalam ruang istirahat atasanmu, hah! Dan apa kalian melihat penyusup itu di sini?"

"Ti-tidak, Tuan," jawab penjaga yang berdiri paling depan.

"Ma-maaf, Tuan Gosha. Kami mengaku salah. Mohon maafkan kami," ucap penjaga berkacamata dengan kepala yang semakin menunduk.

"Kalau begitu apa yang kalian tunggu? Kenapa kalian masih berada di sini!" teriaknya dengan penuh amarah.

"Kami permisi, Tuan. Maaf sudah mengganggu." Berjalan terburu-buru mereka bertiga berbalik keluar dengan ketakutan yang tidak bisa disembunyikan lagi.

Pintu kembali tertutup. Suasana di ruangan itu kembali senyap. Hanya ada suara embusan udara AC sentral yang terdengar dan suara letupan air mendidih dari pemanas air.

"Keluarlah! Mereka sudah pergi."

Tru keluar dari balik sofa yang terletak melintang di tengah ruangan. Ia melepas topi dan menjatuhkan helaian rambut yang segera menutup punggungnya.

"Terima kasih, El."

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya yang tidak dihiraukan oleh Tru.

"Aku baru tahu kalau pimpinan utama masih terobsesi untuk mendapatkan Zoembra. Aku pikir mereka akan melupakannya untuk sementara waktu mengingat begitu banyak petarung yang kehilangan nyawa di misi kemarin."

"Terlalu banyak korban yang jatuh setiap bulannya. Karena itu pimpinan utama mendapat tekanan dari pemerintah untuk segera menangkap Zoembra baik hidup atau mati," jelas El.

"Ah, tentu saja. Siapa lagi kalau bukan untuk bos besar." Tru mendudukan dirinya di sofa empuk. Mencuri waktu untuk mengistirahatkan kedua tungkai dan lengan kanan yang mulai berdenyut.

"Sudah berapa lama kamu melakukan misi penyamaran ini? Pantas aku tidak pernah melihatmu lagi di misi gabungan." Ia menatap teman yang dulu pernah menemaninya dalam suatu misi.

Rambut yang dicat pirang dan dibiarkan memanjang sampai menyentuh bahu. Gaya berpakaian ala sugar daddy dengan kemeja yang sebagian tak terkancing dan kalung emas yang melingkari leher. Dia benar-benar mengubah dirinya menjadi orang lain untuk misi ini.

Pria itu tersenyum. "Satu tahun. Kamu merindukanku?

"Jangan harap!" cemoohnya sambil menyisir ruang tempatnya bersembunyi.

"Lagi pula apa yang kamu lakukan di sini? Aku tidak tahu mereka mengirim seorang 'silver' untuk menyusup 'sendirian' di markas Zoembra." El menekankan beberapa kata.

Silver - XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang