39. Fall down

181 32 8
                                    

"Mati kamu!" Zan mengeluarkan timah panas terakhirnya ke arah Mo yang berlari menuju helikopter yang terparkir tidak sampai satu meter dari tempat mereka berdiri.

Tanpa diduga-duga, Mo menjatuhkan tubuhnya—untuk menghindari terjangan peluru—dan segera bangkit mengandalkan panggul dan kedua kaki kemudian menyerang Zan tanpa henti.

Beradu menggunakan dengan tangan kosong seharusnya menjadi keuntungan untuk Zan, mengingat Mo sudah menghabiskan sebagian besar tenaganya untuk menumbangkan Zoembra. Namun, ternyata ia masih cukup kewalahan menerima dan menyerang balik lawan yang masih bisa memberi pukulan di wajah dan tendangan di perutnya.

Hidung Zan berdarah dan tubuhnya terpental ke bawah undakan. Mo kembali berhasil memberi jarak dan waktu untuknya berlari menuju helikopter.

Jatuh dengan suara gemeretak di punggung, Zan meringkuk kesakitan dan mengerang pelan. Tidak berlama-lama menikmati nyeri di sepanjang tulang punggungnya, ia bangkit dan kembali mengayuh tungkainya.

Lengannya memanjang dan menarik paksa bahu Mo saat ia hendak menjejakkan kakinya ke burung besi berwarna hitam. Dengan mengonsentrasikan seluruh kekuatan yang tersisa di tangan kanan, ia melempar tubuh lawannya menjauh.

Dalam keadaan terengah-engah, Zan berjalan lambat dan memperhatikan musuhnya yang kembali duduk setelah jatuh terjerembab.

"Haha .... Aku benar-benar memandang rendah kemampuanmu, Zan." Mo menyisir rambut berantakannya ke belakang dan berdiri perlahan.

Walau sudah sepuluh menit mereka berbagi pukulan dan tendangan, tetapi staminanya masih terlihat lebih bagus dari Zan. Hanya peluh yang membasahi rambut dan sebagian bajunya yang menjadi pertanda kalau dia sudah melawan begitu banyak musuh hari ini.

"Menyerahlah! Sebentar lagi kamu akan terkepung. Markas utama sudah mengirim pasukan gabungannya," ancam Zan kembali memasang kuda-kudanya.

"Ah, tentu saja. Mereka pasti akan senang melihat musuh bebuyutannya meninggal," balas Mo sambil mengibas-ngibaskan tangan ke pakaiannya untuk menyingkirkan butiran debu yang menempel.

"Mereka akan semakin senang lagi jika melihatmu ikut mati menyusul Zoembra," ejek Zan yang membuat Mo tertawa keras.

"Mereka atau kamu yang menginginkan aku mati, Zan?"

"Setelah semua yang kamu lakukan kepada Tru. Aku akan dengan senang hati menawarkan diri untuk membunuhmu," jawabnya.

"Apa kamu yakin Tru tidak akan membencimu karena itu?" Mo menyeringai lebar dan kembali menyerang Zan.

"Dia justru akan berterima kasih kepadaku," balas Zan sambil menahan tendangan dari lawan dengan kedua tangan menyilang di depan dada.

"Aku kenal dia jauh lebih lama darimu." Mo memutar tubuh dan kembali memberi tendangan bertubi-tubi yang masih berhasil ditangkis oleh pria berambut hitam itu.

"Aku tahu ketika ia sayang dengan seseorang maka segala sesuatu yang negatif tentangnya akan menjadi kabur," ucapnya di sela-sela perubahan pola menyerang.

Kini giliran Zan membalik posisi mereka. Ia terus bergerak melontarkan pukulan dan tendangan bertubi-tubi ke tubuh lawan. Mencari celah yang akhirnya muncul ketika ia menendang Mo yang berujung mundurnya lawan beberapa langkah ke belakang.

"Dia bukan tipe perempuan yang buta karena cinta, aku tidak percaya itu!" Zan membalas perkataan Mo yang tertunda.

"Kalau begitu kenapa dia masih jatuh ke pelukanku untuk kedua kalinya? Aku mengerti alasan di balik organisasi tidak memberinya info rinci tentang kejadian peledakan di misinya terakhir. Hanya saja yang membuatku tidak mengerti adalah kenapa dia menghapus semua memorinya di misi terakhir kami? Padahal ia jelas melihatku menekan pemicu bom? Kenapa, Zan? Bisa jelaskan?" Ia menyeringai dan menahan serangannya.

Silver - XWhere stories live. Discover now