33. Menerobos kantor Zoembra (1)

161 33 17
                                    

Mo berlari menyusuri lantai dan mendaki setiap anak tangga dengan mata tidak berhenti berayun ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada penjaga lain yang bisa menggagalkan rencananya. Sementara itu, El dan Tru berlari berdampingan di belakangnya saling berbincang dengan pelan.

"Siapa dia?" bisik El.

"Kamu seharusnya tahu. Dia salah satu petarung gold di kelompokku dulu. Aku pikir dia sudah meninggal," balasnya.

"Hmm ... aku tidak ingat. Satu-satunya petarung gold 38 yang aku kenal cuma kamu," ucapnya dengan nada sedikit menggoda di akhir kalimatnya.

"Dasar, mesum!" kesal Tru.

"Kenapa kamu tidak meminta info Zoembra dari dia? Kalian sepertinya ... dekat," tanya El sambil membelok mengikuti Mo naik tangga ke lantai delapan belas.

"Kamu tidak lihat betapa marahnya dia ketika melihatku di sini? Kamu pikir dia akan semudah itu membeberkan semuanya?" jawab Tru yang membuat El terdiam. "Dia ingin membalaskan dendamnya sendirian dan tidak ingin aku ikut ambil bagian."

Sampai di lantai dua puluh Mo berhenti dan memutar tubuhnya. "Lima lantai lagi dan kita sampai di kantor Zoembra. Instruksi terakhir dia menunggu anak buahnya menghabisi semua musuh di bawah. Jika keadaan menjadi semakin tidak terkendali baru dia akan keluar dari sini menggunakan helikopternya."

"Di mana para penjaga? Tidakkah kamu pikir ini terlalu sepi?" tanya Tru melihat sekelilingnya yang kosong.

"Mereka semua berjaga mulai dari lantai 22. Setelah ini kita harus bersikap biasa dan jangan terlihat panik. Kebanyakan penjaga di atas belum tahu mengenai pengkhianatanmu, Gosha," terang Mo.

"Kelihatannya kita harus berpura-pura lagi, Tru," goda El sambil mendekati Tru.

"Kali ini dia bersamaku! Dan jangan berpikir untuk menyentuhnya lagi." Mo menarik tangan Tru mendekat ke tubuhnya dan memberi pria di depannya tatapan penuh ancaman.

"Kamu tahu kan apa yang bisa aku lakukan."

"Baik ... aku mengerti. No touching." El mengangkat kedua tangannya.

Sementara itu, Tru hanya diam melihat kedua pria itu saling berebut hanya untuk memanfaatkan situasi. "Apa kalian sudah selesai? Kali ini aku akan jalan sendiri tanpa pelukan atau sentuhan dari kalian para pria."

"Apa pun permintaanmu. Yang penting jangan jauh dariku!" perintah Mo yang dimengerti olehnya. "Kita ke atas. Kali ini dengan berjalan."

Tanpa banyak kata mereka bertiga mulai berjalan. Mo sesekali menarik Tru mendekat ketika El yang entah sengaja atau tidak sengaja mendekati perempuan satu-satunya di kelompok kecil ini. Sampai akhirnya Mo tidak lagi tahan dan menggeser posisi mereka berdua dengan Tru berada di sisi paling pinggir.

Walau posisi ini tidak aman untuk Tru, tetapi paling tidak aman dari godaan pria mata keranjang itu.

Sampai di lantai 22, satu per satu penjaga mulai terlihat di sepanjang lorong. Jantung Tru berdegup kencang saat melewati beberapa penjaga yang bersiap dengan senjata laras panjang. Kekhawatiran dia jelas tidak berlebihan mengingat hanya dia satu-satunya orang asing di grup ini.

Walau Tru memasang topengnya dengan sangat baik. Namun, Mo tetap bisa menangkap kegelisahannya dan meraih tangannya untuk digenggam erat.

Merasakan kehangatan melingkupi tangannya, perlahan detak jantung Tru melambat. Menghela napas panjang, ia balik menggenggam erat tangan pria yang sudah banyak membantunya dan perlahan ketenangan berhasil didapatkan.

Silver - XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang