14. Misi berbalut kencan

273 48 9
                                    

Sesampainya di rumah, Ao memberi mereka waktu untuk berganti pakaian atau membersihkan diri selama satu jam. Tru meradang saat mendengar perintah yang sedikit dipaksakan, tetapi diamnya sang pemimpin terhadap protes yang dilemparkan membuatnya berhenti beralasan. Sesuatu yang penting jelas ingin dibicarakan oleh pria berambut panjang itu.

Jam sembilan malam mereka sudah bersiap di ruang tengah. Datang dengan aroma mawar menyelimuti tubuh, Tru melangkah ringan—tidak lagi terlihat limbung. Alkohol jelas sudah menghilang di sirkulasi darahnya.

Melihat perempuan kesayangannya hadir paling belakangan, Zan tidak berhenti mengembangkan senyum. Karena tempat yang tersisa untuk duduk hanya di sebelahnya. Namun, semua senyum itu kembali ditelannya saat Tru justru mengambil duduk di samping Yin dan rela berdesakan di kursi satu dudukan.

Yin tidak pernah keberatan duduk berdempetan. Ia bahkan menyilangkan kaki dan menggeser pantat untuk memberi ruang lebih kepada temannya.

"Terima kasih, Yin." Tru membalas kebaikannya dengan tersenyum.

"Berbaik-baikannya sudahan? Cepat juga," cemooh Bon sambil menunggu laptopnya menyala.

"Jangan ikut campur," kesal Zan.

"Bagaimana mulutku bisa diam jika melihat kalian terus memainkan tarik ulur benang merah di depan mataku. Permainan yang menarik hanya saja apa kalian berdua tidak capek?" ucap Bon yang dihadiahi lemparan bantal dari Tru.

"Hey, Sis. Laptopku." Ia memeluk laptop dan melindunginya dari serangan kedua.

"Jangan ikut campur." Tru mengulang kalimat Zan.

"Iya iya, aku tidak akan ikut campur. Jeez, ada apa dengan kalian. Tidak bisakah mengucapkan kalimat sama satu kali saja?" gerutunya.

"Malam semuanya, sepertinya kalian sudah kembali bersemangat malam ini." Suara Ao tiba-tiba menyela pertikaian mereka.

Duduk di singgasana masih dengan pakaian yang sama dengan tadi siang, dia memulai narasinya.

"Hari ini aku akan menjelaskan misi yang baru saja pimpinan berikan. Masih berkaitan dengan misi terakhir kalinya, hanya saja lebih ringan. Intinya kita hanya melakukan bersih-bersih." Ia menjeda kalimatnya. "Bon ...." Hanya dengan jentikan tangan Bon membagikan map yang selama ini diletakkan di bawah laptop.

Suara gesek kertas terdengar hampir bersamaan. Sebuah foto berwarna yang sangat familier terlihat di tumpukan teratas. Seorang wanita cantik berusia dua puluh lima tahun, berambut pirang dengan iris sama terangnya dengan warna rambut sedang tersenyum lebar.

"Maya? Aktris? Ada apa dengan dia?" komentar Tru.

"Lihat foto berikutnya," balas Ao.

Mereka semua membuka lembar berikutnya dan semakin terkejut lagi ketika melihat foto selebriti lainnya. Seorang pria tampan berusia tiga puluh tahun berdada bidang dengan garis rahang yang tegas.

"Max Trone?" Kali ini Yin–setengah berteriak—menyebut nama pria di foto itu.

"Hei, kamu tahu dia?" bisik Tru kepada Yin.

"Dia pernah bermain di film aksi balapan," jawabnya lirih.

"Apa hubungan mereka berdua?" Zan ikut mempertanyakan keterlibatan kedua selebriti dengan misi mereka kali ini.

"Lihat foto berikutnya." Kali ini Bon yang memberi instruksi.

Foto terakhir diambil di tempat temaram dengan kilatan cahaya berwarna keemasan. Walau begitu mereka masih bisa melihat Max Trone tengah berdiri di tempat yang seperti bar bersama dua orang lainnya. Salah satunya adalah pria yang baru saja menjadi target operasi mereka.

Silver - XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang