23. Misi Kieza (3)

170 41 27
                                    

"Di mana dia?" Ao bertanya—sedikit berteriak—dengan cemas.

Saat ini Ao berdiri di area terdepan ruangan, di mana layar televisi berjajar rapi dengan total dua puluh buah. Masing-masing monitor menampilkan gambar hidup yang berbeda dan memiliki angka di pojok yang menunjukkan lokasi kamera pengawas yang sudah disesuaikan dengan denah kediaman Kieza.

Bola mata hitam Ao bergerak liar dari satu layar ke layar lainnya, tidak lagi memedulikan nomor yang tertera di setiap layar. Dia bahkan mencari Dhara sampai ke area dapur yang terletak di kutub berlawanan dengan tempatnya menghilang. Berpikiran, siapa tahu anak buahnya tiba-tiba memiliki kemampuan teleportasi.

"Boonn?" Ao menuntutnya untuk segera memberi jawaban ketika matanya tidak menemukan raga Tru di mana-mana.

Bon yang terduduk di meja dengan dua monitor komputer di depan mata, tidak berhenti memainkan mouse dan terus memindahkan layar dari satu denah ke denah lainnya. Sambil sesekali matanya mengawasi Zan yang masih dalam keadaan aman—terbebas dari kepungan musuh.

"Menurut alat pelacak yang terpasang di anting Sis Tru. Ia seharusnya berada tidak jauh dari lorong, tapi denah tidak menunjukkan area apa-apa hanya area kosong di sisi dinding." Bon mengerutkan keningnya. Berkali-kali, matanya berayun dari satu monitor ke monitor lain, menyamakan antara denah rumah Kieza dengan titik merah yang masih diam di tempat.

"Apa maksudmu?" tanya Ao gusar.

Ia berjalan tergesa-gesa ke belakang, tempat Bon duduk bersama 'teman-temannya' dan mendorong tubuh ringkihnya ke sandaran kursi, supaya ia bisa melihat dengan jelas maksud Bon.

Pria berambut panjang itu akhirnya mengerti apa maksudnya saat melihat titik merah itu berada persis di samping dinding—menempel lebih tepatnya—tidak jauh dari pintu yang terkunci.

"Tunjukkan kamera Tru?" Ao kembali berdiri tegap, memberi ruang untuk Bon kembali memainkan tikus berekor panjang itu.

Bon menggerakan mouse ke kotak kecil yang berada di ujung layar dan memperlihatkan kegelapan tanpa ada secercah sinar. Begitu gelapnya sampai Ao berpikir sedang menatap layar komputer yang kabelnya terlepas dari stopkontak.

"Aku sudah berusaha menghubungi Sis Tru, tetapi belum ada jawaban."

Ao menatap layar komputer. Alisnya berkerut, rahangnya menegang dan matanya menatap tajam mengiris-iris setiap detail denah menjadi bagian-bagian kecil di otaknya. Pada saat seperti ini Ao menjadi orang yang sama sekali tidak bisa diinterupsi, karena saat ini ia sedang tenggelam jauh di dasar pikirannya dan memutus hubungan dengan dunia luar.

"Blueprint rumah Kieza," ucapnya pelan.

"Apa?" Bon tampak tidak terlalu jelas mendengar kalimat pertama Ao, karena ruangan ini tidak jauh hiruk pikuknya dengan medan perang dadakan di kediaman Kieza.

"Blueprint, Tru pasti berada di lorong rahasia."

"Lorong rahasia? Bagaimana cara Sis Tru tahu ada lorong rahasia di situ?" tanya Bon. Mendengar kalimat penuh dugaan, membuat kerutan di kening dan di antara dua alisnya semakin dalam.

"Dia ... Tru ... tahu dari ...." Ao terlihat bingung menjawab pertanyaan Bon yang ada benarnya.

"Ah, kita akan pikirkan itu nanti." Ao mengibaskan tangan, tidak ingin pertanyaan Bon merusak konsentrasinya.

"Siapa yang berhasil menemukan blueprint rumah Kieza?" teriak Ao menggema mengalahkan suara panik dan teriakan penuh instruksi yang mengisi ruangan kedap suara ini.

Silver - XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang