6. Let's start

371 71 14
                                    

Malam itu langit terlihat penuh dengan gulungan awan tebal yang menutup benda langit dan menghalangi pancaran sinarnya. Di area gudang pelabuhan sebuah pagar besi menjulang tinggi, lampu sorot bersinar menyilaukan, dan kamera pengawas membatasi ruang gerak. Memaksa mereka untuk bersembunyi di kegelapan.

Menatap dengan samar, Zan, Tru, dan ketiga rekan El berkumpul untuk mengulangi strategi penyerangan dengan suara lirih yang masih bisa ditangkap telinga. Sementara itu, Bon dan Zed–peretas dari group El–tengah bergelut dengan kombinasi angka huruf di dekat panel listrik yang terbuka dengan kabel tersambung ke masing-masing laptop.

Walau dinginnya udara malam menusuk kulit, tetapi hal itu tidak mencegah tetes keringat keluar membanjiri kening kedua peretas. Semua akibat kata reject berwarna merah menyala yang terus muncul di layar laptop.

"Bon, sepuluh menit lagi gerbang sudah harus terbuka," ucap Tru menatap sambil menatap jam kecil yang melingkar di pergelangan tangan.

"Segera, Sis." Mendengar tuntutan dari Tru, jari-jari Bon dan Zed menari semakin lincah di atas tuts keyboard laptop mereka.

"Sambil menunggu pintu terbuka, kita akan bagi kelompok penyerangan. Kalian berdua akan mengambil sisi kiri dan menyerang dari belakang. Sedangkan kami bertiga akan mengambil sisi kanan dan berusaha menyerang dari depan dan samping." El memberi instruksinya.

Untuk kali ini kedua silver setuju dengan perintah yang diberikan. Bahkan Tru untuk sementara melupakan masalah pribadinya dengan El dan menerima semua arahan supaya misi kali ini berhasil.

"Berhati-hatilah, kita tidak tahu ada kejutan apa di dalam sana," ucap perempuan berambut pendek bernama Zue—salah satu anggota El.

"Terbuka, bersiaplah." Zed memberi aba-aba kepada mereka.

Pip.

Bunyi kamera pengawas mati, ditandai dengan hilangnya lampu merah kecil yang ada di bagian atas kamera. Roda gigi besi berputar, membuka pintu dengan perlahan. Suara bak guntur menggelegar rendah riuh terdengar, membuat kedua peretas mundur untuk berlindung di belakang para petarung yang sudah bersiap dengan topeng kain dan senjata di tangan.

Setelah memastikan tidak ada penjaga datang. Mereka bergerak mendekati gerbang yang sudah sepenuhnya terbuka.

Berlindung di balik tembok, El menjulurkan kaki dan melihat kekosongan di depannya melalui cermin kecil yang menyembul dari ujung sepatu.

"Mereka semua sudah di dalam, misi dimulai. Semoga berhasil," ucap seorang pria bersuara serak dari balik earphone.

Dengan satu ayunan tangan mereka berlima masuk. Absennya rembulan dan minimnya pencahayaan di dalam mempermudah mereka berkamuflase di antara bayang kontainer besar yang tersusun dua sampai tiga tingkat.

Berjingkat dengan cepat melalui sela-sela barisan peti kemas, mereka berpencar tanpa kata. Dengan langkah ringan, Tru bergerak ke jalan setapak paling belakang sedangkan kawannya satu baris di depan. Ia selalu suka perasaan ini di kala jantungnya berdetak kencang, napas berembus cepat, dan konsentrasi meningkat tiga kali lipat. Karena semua ini membuatnya lebih hidup.

Tiga meter di depan, ia melihat seorang penjaga dengan walkie-talkie di tangan kiri dan senjata di tangan kanan berjalan mondar-mandir. Bergantung pada suara kresek radio penghubung untuk menyamarkan langkah kaki, ia mendekat dari belakang.

Beberapa detik kemudian suara gedebuk terdengar tanpa pekik kesakitan saat Tru memukul sang penjaga tepat di belakang kepala. Setelah memastikan kesadarannya menghilang, ia menarik tubuh pria itu ke balik peti kemas.

Melihat area sekitar kembali kosong, ia lanjut menyisir dinding belakang yang bau pesingnya sempat mengganggu konsentrasi.

Suara benda diseret terdengar dekat. Perempuan itu berhenti dan mundur satu langkah untuk mengintip Zan sudah menghabisi dua orang penjaga.

Silver - XOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz