Chapter 16

4.1K 532 132
                                    

Wang Yibo bersikap defensif

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wang Yibo bersikap defensif. Menemukan kakaknya berada di dalam kamar tengah berdiri sambil memainkan lego miliknya. Keduanya saling pandang cukup lama. Yizhou sendiri cukup tenang melihat kedatangan adiknya kendati wajahnya kali ini sangat serius. Berjalan santai lalu duduk di kursi belajar milik Yibo. Yizhou menyilangkan kakinya kemudian memangku tangan.

"Kau punya pacar?" nadanya cukup tenang. Matanya mengekor gerak Yibo, melihat saksama bagaimana rupa Yibo tampak pasi di depannya. "Yuchen bicara kau baru putus, tapi sepertinya tidak begitu. Kau cukup sering tidak pulang ke rumah."

"Apa kehidupan asmaraku juga perlu kau urusi? Kau bukan ibu, ge."

Yibo memang sengaja pulang ke rumah sebelum pergi ke gedung teater dan menemui Haikuan. Pagi tadi dia mendapat telepon dari Yizhou, mengatakan akan menghancurkan semua mainannya jika Yibo tidak kembali. Suara Yizhou pun tidak main-main. Lelaki itu memang sedang kesal karena beberapa kali pangilannya diabaikan oleh adiknya. Bagaimana tidak? Yizhou berperan ganda dalam keluarga, mengurus Yibo seperti adik dan sebagai ibu. Yizhou juga harus bekerja di bawah pengawasan ayahnya—sebagai penerus, selain itu Wang Yizhou harus memantau kesehatan ayahnya.

Wang Han memiliki jantung yang lemah, lelaki itu walau tidak begitu tua, tidak diperbolehkan bekerja terlalu keras, juga mendapatkan setres. Bagi Yizhou, hal utama yang membuat Wang Han setres adalah sikap dan prilaku si bungsu. Yizhou tidak bisa membiarkan Yibo bertindak liar begitu saja, karena itu dia selalu menghubungi Yibo dan memarahinya ketika Yibo pulang terlambat.

"Aku tidak begitu peduli dengan siapa kau berkencan. Apa kau pernah berpikir bahwa ayah mencemaskanmu? Dia bertanya berkali-kali tentang apa yang kau jalani di universitas?" Yizhou terdengar sangat marah kali ini. Sorot matanya tajam, mematut langsung si bungsu Wang. "Dan berkali-kali aku berbohong pada ayah. Kau pikir aku tidak tahu kau masih sering melakukan balapan?"

Tatapan Yibo menukik, ingin membantah namun lebih dulu disambar oleh Yizhou— "Kau tahu bagaimana ayah ketika marah? Kau tidak bisa melawannya, bukan? Aku menutupi semua itu untukmu. Bertingkah liar, kau bahkan berani tidur di rumah pacarmu. Kau ingin mencoreng nama keluarga Wang?"

"Aku harus bagaimana? Menjadi kutu buku? Anti sosial? Atau melajang dan tidak memiliki pacar sampai tua sepertimu?" Yibo benar-benar kesal, walau dia tahu perkataannya itu akan memacu amarah Yizhou lebih hebat lagi. Mereka sudah terbiasa adu mulut. Pada dasarnya Yizhou tahu bahwa Yibo bukan adik yang baik. Yibo merengut persis seperti bocah yang merajuk.

Yizhou menghela kemudian bergumam, "Kau sudah terlalu besar untuk kupukul. Saat aku muda, aku tidak begitu keras kepala sepertimu. Sifat siapa yang kau turun sebenarnya?" walau kata-kata itu hanya gumaman monolog, Yibo mendengar dengan jelas dan membuat bocah itu mendengkus.

Yizhou benar-benar frustrasi, masih dengan pikirannya yang tidak terkendali; "Semua kebebasanku sudah kuberikan untukmu. Aku bahkan tidak memiliki hak untuk memilih jurusan saat kuliah dulu. Bukan berarti aku tidak puas dan ingin mengungkitnya. Tidak bisakah kau tahu diri sedikit saja?" suaranya perlahan melirih, "Bagaimana aku bisa tenang melepasmu kalau kau masih bermain-main dengan hal yang berbahaya?"

POLAROID [√] Where stories live. Discover now