Chapter 24

3K 441 51
                                    

Ketika memarkirkan motor, Yibo melihat mobil lain di sana, bukan milik keluarganya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika memarkirkan motor, Yibo melihat mobil lain di sana, bukan milik keluarganya. Dia mengenal dengan jelas pemilik mobil tersebut. Dosen, sekaligus sahabat kakaknya, lelaki itu sering menginap di rumah saat sekolah dulu. Dan itu sudah tidak pernah terjadi saat keduanya beranjak dewasa dan memiliki pekerjaan.

Wang Yibo berjalan cepat, jika bisa dia akan menghindari Yizhou dan bergegas tidur. Namun ketika dia melangkahkan kaki menuju pintu, dia sudah dihadang oleh dua lelaki.

Mereka menatap Yibo intens, mematutnya begitu dalam, bahkan tanpa ucapan Yibo paham bahwa mereka menunggunya. Yibo duduk tanpa perintah, melihat bergantian Yizhou dan Yuchen.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Yibo langsung. Melihat jumlah panggilan tak terjawab yang begitu banyak, tidak mungkin jika Yizhou tidak memiliki hal untuk dibicarakan. "Tunggu dulu." Sambar Yibo cepat. Dia berdiri, berjalan beberapa langkah dan melihat ke atas. Kemudian melihat sekitar.

Ini adalah ruang tamu, jika mereka bicara serius, sudah pasti itu akan memicu pertengkaran. Dua kakak adik itu tidak pernah satu pemikiran, Yizhou biasanya menghampiri kamar Yibo untuk memarahinya. Berada di ruang utama merupakan hal langka. itu berarti; "Ayah tidak di rumah?"

"Kau bahkan tidak tahu jadwal kegitanya. Dia pergi ke luar kota untuk urusan bisnis." Yizhou bersedekap, memangku salah satu kakinya. Tak jauh beda dengan Yuchen, lelaki itu duduk tegap memandang satu-satunya lelaki yang paling muda di sana.

"Kenapa kau tidak ikut, ge? Bagaimana jika kesehatan ayah terganggu? Dia tidak boleh terlalu lelah—"

"Kau masih menghawatirkannya?" potong Yizhou, nadanya setengah meninggi. "Kau tidak pernah menanyakan kesehatannya. Berbuat semaumu, melakukan hal di luar nalar. Ayah lelah dengan semua perbuatanmu." Yizhou berdiri, menghampiri adiknya dengan gigi gemeretak, "Apa kau pernah menempatkan kesehatan ayah dalam setiap keputusan yang kau ambil? Perlakuanmu, hidupmu, semua itu. Hal-hal yang kau lakukan. Semua.. apa kau pernah memikirkannya? HAH?" Yizhou berteriak, menunjuk muka Yibo.

Aura yang kuat dari kakaknya berhasil memukul mundur Wang Yibo. Dia menatap nanar kemudian melirik Yuchen, wajah mereka tidak jauh berbeda membuat keadaan Yibo semakin tabu. "Ge, ada Chen-ge di sini.. apa kau harus mengatakan semua itu di depannya. Aku tahu, aku salah. Aku tidak sering memerhatikan ayah, aku ..." Yibo kehilangan kata-kata, sebenarnya dia tidak tahu titik permasalahan di sini. Dia berkali-kali berpikir, namun tidak menemukan apapun. "Selain itu... apa aku melakukan kesalahan? Tentang ayah, aku minta maaf. Aku akan lebih memperhatikannya. Tapi ge.. apa kau menelponku berkali-kali hanya untuk membicarakan ini?"

Yizhou menarik napas panjang, dia kembali duduk dan meminta Yibo untuk duduk bersama mereka. Memberikan gestur pada Yuchen, Yizhou mengusap wajahnya lalu memijit pelipis.

Kali ini netra Yibo tertuju pada dosennya, dia seperti anak kecil yang dihakimi. Menatap bingung tanpa tahu harus melakukan pembelaan seperti apa.

POLAROID [√] Where stories live. Discover now