17.스타트 (Start)

3.6K 361 12
                                    

Jimin mulai menanggalkan jas yang masih ia kenakan untuk pemotretan tadi. Membuangnya kesembarang arah. Satu tangannya pun begitu sibuk melonggarkan dasi yang sudah dari tadi mencekik leher, setelah itu Jimin juga ikut membuangnya sembarangan.

Kedua mata nya begitu fokus menatap Alisa yang dari ambang pintu terlihat mengatup mata, pemilik rupa itu sudah tertidur pulas ternyata. Tiba-tiba Jimin mengulas senyum, seraya menaikkan lengan kemeja merahnya setengah lengan. Entahlah—suasana hatinya mendadak dirundung senang.

Berjalan begitu lambat seolah menikmati kesenduan atas pemandangan indah yang Tuhan suguhkan. Alisa itu memang cantik. Cantik sekali hingga kadang Jimin gemas karna kepolosan dan mimik wajah terlalu jujur khas seorang Alisa.

Beberapa detik menatap wajah teduh sang istri yang terlihat seperti bayi tidak berdosa itupun, membuat secermat pikirannya menelisik lagi kebelakang. Jimin menyentuh pergelangan tangan Alisa dan membawa nya keatas paha Jimin yang sedang duduk disisi ranjang.

Lengan itu—lengan mungil yang sering kali ia cengkram begitu kuat, tak khayal kadang ia tarik begitu saja secara paksa. Alisa sering kesakitan karna perbuatannya. Sedetik kemudian Jimin membawa lengan tersebut mendekat ke bibir plump itu dan mengecupnya singkat.

Kemudian Jimin beralih menyentuh pipi Alisa dengan dua jarinya. Membelai begitu lembut sembari membayangkan bahwa tangan gagah itu pernah memberikan tanda merah begitu lebar bekas tamparan dipipi mulus Alisa.

Dia begitu kejam.

Sisi lembut yang selama ini selalu ia beri secara cuma-cuma untuk Gwen tidak sedikitpun melekat untuk Alisa. Kadang Jimin juga berpikir, apa yang membuatnya tidak memperlakukan Alisa sama seperti dia memperlakukan Gwen.

Jika soal cinta, Jimin memang mencintai Gwen. Sangat cinta hingga didunia ini Gwen lah yang paling berarti untuknya.

Tapi Alisa tidak bersalah sedikitpun, dan dia tidak pernah membuat kesalahan hingga ia harus dihukum dengan hujaman tangan atau mulut yang mencaci begitu pedih.

Rasanya Jimin melihat bayangan bagaimana selama ini ia begitu kejam terhadap istrinya. Sedetik Jimin menyadari kesalahannya yang tidak pernah memberikan Alisa kenyamanan bahkan hak menjadi istri seutuhnya, meski itu hanya sebatas pernikahan diatas surat perjanjian.

Tapi tetap saja, Jimin sama sekali tidak menempatkan Alisa pada posisi dimana seharusnya gadis itu berada.

Selesai dengan mengelus pipi Alisa, tangan nya lantas terulur menyentuh helaian surai yang jatuh menutupi wajah Alisa dan menyibakan hingga menampilkan kembali wajah teduh Alisa lagi untuk bebas ditatap.

Jimin kagum

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jimin kagum.

Dia bahkan tertegun.

Ditengah redupnya kamar, dan minimnya pencahayaan karna semua lampu yang sudah Alisa matikan, Jimin masih dengan jelas bisa menatap kecantikan yang dimiliki sang istri.

BECAUSE OF YOU [Park Jimin]✓Where stories live. Discover now