23.할까요? (Should)

3.1K 336 26
                                    

.
"Kau mau menikahi Gwen kapan?"

Jungkook tidak pernah menyangka kalau Taehyung akan mengatakan hal tersebut di hadapan Eunwoo dan Madona sekaligus.

Memang—pada dasarnya, mereka yang disana bukanlah seseorang yang harus Jungkook takuti atas rahasia yang selama ini hanya ia bagi dengan Taehyung, seorang.

"Apa harus menikahinya?" tanya Jungkook memastikan.

Taehyung yang semula menengadah, menatap langit-langit rumah, mendongak menatap Jungkook. "Tentu. Lalu apa lagi? Kau mau menunggu Jimin menceraikan Alisa dan menikahi Gwen, begitu?"

"Aishh... bukan begitu maksudku" Jungkook mengerjap beberapa detik, kedua matanya mengatup seraya mengatur nafas. "Aku bahkan tidak pernah berani mengatakannya kepada Gwen. Itu terlalu sulit Hyung."

"Wae?" Madona pun tiba-tiba menyela. "Bukankah gadis cantik itu tergila-gila padamu?"

"Ini terlalu cepat untuk Gwen. Dia tidak akan mengerti situasinya meski aku mengatakan kalau aku juga mencintainya, Bi." kemudian Jungkook meletakkan kedua tangan nya di perpotongan kedua lutut, menunduk dan diam beberapa detik sebelum berucap lagi. "Bahkan perasaan ku selama ini akan terlihat konyol dimata Gwen nanti nya" lanjut Jungkook masih tertunduk.

*******

Sudah tiga puluh menit lebih berlalu, atau lebih mungkin.

Jimin masih tidak mengatakan sepatah kata pun sesampai mereka dirumah. Dari tadi, pria arrogant itu hanya diam, sibuk memainkan ponselnya diruang tamu dengan tv menyala tanpa menikmati siaran yang sedang ditampilkan sedikitpun.

Alisa tidak merasa risih sih, cuman kalau suasana nya hening begini tanpa ocehan Jimin atau secuil bentakan sang suami, ya meski selama hamil Alisa tidak lagi mendapatkan perlakuan kasar tapi kalau melihat Jimin diam seperti ini semua mendadak kaku. Alisa jadi canggung walau hanya berbasa basi membuatkan minum.

Kedua kaki nya dari tadi menyentak-nyentak kelantai keramik putih mengkilat itu. Uring-uringan kesana kemari karna ingin sekali bertanya dan menyapa, tapi Alisa takut. Jimin terlalu menyeramkan kalau sedang diam tanpa alasan tatkala saat ini.

Padahal semua baik-baik saja loh, saat perjalanan pulang pun Jimin masih mengelus perutnya sembari berkata kau dan ibumu harus sehat untukku. Tapi raut wajah nya berubah setelah sampai dirumah dan duduk di sofa ruang tamu ini. Lebih tepatnya, Jimin mendadak diam setelah berkutik dengan ponselnya.

Dan akhirnya Alisa memutuskan untuk menyerah. Beranjak dan meninggalkan Jimin sendirian, tidak memusingkan kenapa suaminya mendadak diam tanpa alasan mungkin lebih baik, dari pada tetap menanti Jimin yang menyadari posisinya saat ini.

Ancang-ancang ingin berdiri dari sofa itu dan istirahat ke kamarnya sudah Alisa putuskan matang-matang. Tapi beberapa langkah menuju tangga, Alisa terkejut karna tiba-tiba sebelah tangan Jimin sudah bertengger di pundaknya. Dan mereka pun meniti tangga bersama.

Tidak, tidak— Jimin bahkan tidak menatap Alisa sedikitpun. Fokusnya masih ke ponsel tersebut, entah apa yang sedang ia perhatikan. Dan akhirnya Alisa menghela nafas begitu kasar, setelah meraupnya dalam-dalam. Membuat Jimin akhirnya menoleh.

"Kau lelah?" tanya Jimin setelah puluhan purnama Alisa menantikan.

"Sangat lelah" jawab Alisa datar.

BECAUSE OF YOU [Park Jimin]✓Where stories live. Discover now