18.근심 (Anxious)

3.7K 384 28
                                    

Aloha💜

Jangan lupa vote komen nya ya sahabat 🤗🤗👌

°•••••••°

Hari ini Alisa sudah kembali lagi dengan aktifitasnya. Melanjutkan shooting yang sempat terhenti beberapa hari karena Jimin tidak memberikan izin untuk Alisa melakukannya. Katanya karna tidak ingin Alisa kelelahan. Jimin mengkhawatirkan kandungan yang umurnya baru seumur jagung tersebut.

Kenyataannya, Jimin, memang sebegitu ingin memiliki anak. Sudah pasti alasannya karna ancaman dari sang kakek.

Disamping itu, Alisa juga merasakan sedikit perubahan terhadap sikap Jimin yang cenderung memperhatikan. Biasanya tidak pernah, meski sekalipun.

Ternyata mengandung juga bisa merubah ke-arrogant an seorang Park Jimin. Itulah yang bisa Alisa tangkap, karna terlalu ketara dengan perubahannya.

"Kalau kau lelah, katakan saja. Aku tidak ingin ada drama-drama yang nantinya akan memusingkan." Jimin pun memulai percakapan pada akhirnya. Mengingat beberapa hari Alisa diliburkan dari shooting iklan, Jimin tentu mendapatkan kabar terbaru setiap jam dari kepala pelayan dirumah.

Mulai dari Alisa yang selalu saja memuntahkan makanan, lemas dan jelas sekali terlihat pucat. Lebih kepada itu, Jimin tidak ingin terjadi apa-apa kepada calon bayi nya sebelum ia lahir dan bercerai sesuai perjanjian.

Ciih... khawatir saja harus menopengkan wajah agar tidak kelihatan perhatiannya—batin Alisa.

"Kau dengarkan?" sambung Jimin kemudian.

Alisa pun mengangguk. "Scene mu juga sudah ku persingkat. Jadi hari ini Shooting sudah selesai."

Alisa yang sepanjang jalan hanya menatap jalanan luar jendela mobil, lantas mengalihkan pandang, menatap Jimin yang fokus mengemudi. "Jangan berlebihan. Aku jadi tidak enak dengan Jungkook dan Taehyung. Aku masih bisa kok, jika kau mengkhawatirkan ku ti--"

"Siapa bilang aku khawatir padamu." jawabnya menyela. Alisa harus memutar kedua bola matanya muak. Gengsi nya terlalu tinggi sekali.

"Aku tidak ingin janin yang di sana," Jimin menatap Alisa dengan telunjuk yang mengarah pada perut datarnya. "Aku ingin dia sehat dan tidak kenapa-kenapa. Hanya itu."

Alasan—bathin Alisa lagi menjawab. "Tapi kasihan Taehyung, aku juga tidak enak dengan kakek. Dia yang menginginkanku untuk menjadi model di Unit baru ini."

"Alisa, dengar! yang kau patuhi hanya aku. Suamimu. Bukan kakek dan siapapun itu. Ketika aku bilang berhenti, maka tidak satupun bisa melawannya. Jika aku ingin kau menyudahi Shooting tersebut berarti kau harus mendengarkan ucapan ku. Dari awal aku tidak menawarkan bahkan memintamu agar bersedia menjad--"

Alisa tersenyum pelik, entah apa yang sudah berhasil menggelitik humornya. Kendati mendengar Jimin yang sudah mengoceh terlalu panjang, Alisa lantas mendaham. Isyarat menyudahi ultimatum dari suaminya.

Satu tangan nya pun terulur mengelus pundak Jimin dengan lembut. "Aku sudah mengerti, tidak usah terlalu panjang menjelaskan. Sisakan tenagamu untuk mengomeliku lagi nanti ya."

Jimin sadar kalau Alisa sedang mengejeknya. "Kau! aku hanya melu--"

"Hari ini makan apa ya yang enak? Menurutmu kita makan apa nanti, hmm?." Sela Alisa karna tidak ingin mendengar Jimin terlalu banyak berceramah. Sudah seperti ibu-ibu arisan saja. Merepet terus. Alisa jadi pusing.

"Terserah." jawabnya singkat. Jimin kembali mengalihkan fokusnya menyetir, tidak lagi memusingkan Alisa yang begitu keras kepala.

Saat lampu jalan berganti warna, mobil pun berhenti, Jimin menatap Alisa lagi. Sedangkan yang di perhatikan malah sibuk dengan fokusnya yang lain menatap ke luar jendela. Entah apa yang Alisa lakukan, tapi Jimin jelas melihat bibir tipis itu seperti komat kamit.

BECAUSE OF YOU [Park Jimin]✓Where stories live. Discover now