33. Frankly | THE END.

5.6K 342 39
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

Pagi pun datang.

Disambut dengan mentari yang cerah, secerah wajah Jimin yang sudah tersenyum sendu menatap nya. Dibalut dengan selimut tebal yang membungkus sebab tubuh bagian atas Jimin yang tidak dilapisi sehelai benang pun. Kalian tahu kan, Jimin memiliki kebiasaan tidur tanpa mengenakan baju. Maka dada hangat itu lah yang kini mendekap Alisa masih dengan khas wajah bangun tidurnya.

"Good Morning!" sapa Jimin saat kedua tangan nya sudah mengunci kedua sisi Alisa dibawah sana.

Alisa menggeliat seraya mengusap mata. "Morning!" jawab sang puan dengan suara parau.

Dan satu kecupan dari bibir plump, hangat dan sedikit menekan itu pun memberi salam pada bibir tipis Alisa bersama seringai manisnya.

Alisa menatap Jimin sayup-sayup sampai yang terkalahkan oleh rasa kantuk. Kedua tangan nya menangkup wajah tampan itu dan menariknya agar mendekat.

Tanpa di beri aba-aba, Jimin menjatuhkan wajahnya di atas dada Alisa begitu tenang dengan posisi kepala meneleng kesamping. Dapat Alisa cium aroma wangi dari Green Apple sampo kesukaan Jimin masih membekas di rambut lepeknya. Tidak mau menyia-nyiakan moment, maka kedua tangan cantik yang menangkup wajahnya beralih jadi memeluk.

Jimin tersenyum.

"Jangan terlalu ditekan, nanti perutku sakit." kata Alisa memperingati. Sebab jika di liat, posisi Jimin memang begitu sesak, Alisa takut perut besarnya malah terhimpit. Itu akan sakiiiiiiitttttt.

"Tidak sayang." jawabnya dengan santai.

Mendengar itu, Alisa menggeliat sedikit membenarkan posisinya agar Jimin semakin nyaman. Menutup kedua matanya dan melanjutkan kantuk yang disita Jimin sebelum jam bangun seharusnya.

Beberapa menit keadaan pun hening. Hanya terdengar suara dentangan piring dari arah dapur karna para pelayan yang sudah mulai sibuk— membuatkan sarapan mungkin—tebak Jimin ditengah heningnya kamar. Jam pun baru menunjukkan pukul 6 lewat 45 menit. Masih terlalu pagi, tapi Jimin kelewat semangat untuk menghadapi hari ini.

Tidurnya nyenyak. Mimpinya pun indah. Hati nya tentram dan beban pikiran yang bersarang di otaknya serasa sirna, hilang entah kemana.

Jimin tidak tahu apa yang akan ia hadapi setelah ini. Jimin juga tidak tahu resiko seperti apa nanti yang akan hati nya terima setelah memutuskan untuk kembali kepada Alisa kecilnya dulu.

Satu hal yang perlu kalian ketahui ; melupakan Gwen tidak akan mungkin secepat ini, tapi memperdalam perasaan nya pada sang istri hingga benar-benar terbitlah cinta adalah pilihan yang sedang Jimin yakinkan. Selama kurang lebih tiga tahun disiksa dengan perasaan cemburu, ingin memiliki tapi tidak di inginkan, Jimin menyadari satu hal; cinta yang abadi ialah cinta yang tumbuh dari kedua hati. Tidak ada satu yang akan membuat satu lagi malah tersakiti. Dua menjadi satu bukankah jalan pintas untuk saling melengkapi.

BECAUSE OF YOU [Park Jimin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang