2. Menjaga Lisan

21K 3.5K 631
                                    

Grup chat Hasein udah ditutup yah :)

Sebelum baca cerita ini, yuk mantion asal kota kamu dulu di sini.

Jangan lupa vote dan ramaikan dengan komentar

Selamat membaca ✨

Semoga bermanfaat ❤

***

"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. Al-Bukhori)

Lebih baik diam, daripada bicara namun menambah beban dosa.

***

"APA?"

Kiko histeris. Bagaimana tidak, setelah libur panjang, harga pasta kesukaannya di kantin naik. Kiko gak terima.

Husein yang berdiri di belakang Kiko kini menggaruk keningnya yang tak gatal. Sahabatnya ini, memang sering sekali histeris.

"Pesen aja, gue yang bayar," kata Husein, melihat antrian sudah panjang dan ia yakin kalau Kiko masih akan berdebat sampai harga pasta kesukaannya kembali normal. Husein merasa tidak enak dengan murid yang lainnya, mereka juga kelaparan dan ingin memesan.

Senang tak senang, Kiko mengambil pasta pesanannya yang naik lima ribu, katanya BBM naik, jadi semuanya naik. Memangnya pastanya ini dibuat dari BBM apa? Ya gak gitu juga Kikoooo.

Sambil berjalan ke arah meja, sepanjang langkahnya Kiko menggerutu, padahal makanannya sudah dibayar sama Husein, masih saja dia mengomel.

Mereka berdua duduk di sebuah meja yang sudah diisi oleh empat orang laki-laki, sekarang totalnya enam. Jadi di meja panjang pada kantin outdoor yang disuguhi pemandangan taman dengan bunga-bunga segar itu dihuni oleh Hasan, Husein, Iqbal si bukan Dilan, Kiko yang masih mengomel, juga Ben dan Sholeh yang merupakan sahabat mereka di kelas sepuluh.

"Makanan lo pada naek semua, kagak?"

Masih membahas soal makanannya yang naik harga, kini Kiko bertanya ke teman-temannya. Mereka semua kompak mengangguk. Kiko mengerjap, menunduk, lalu makan dengan tenang. Karena sekarang ia sadar, kalau dirinya yang paling berisik padahal semua orang merasakan hal yang sama.

Husein tersenyum, menyenggol Kiko dan berucap dengan pelan, memastikan hanya Kiko yang mendengar karena memang Husein duduk paling pinggir sedangkan Kiko ada di sebelahnya. Menasehatinya dengan cara sembunyi-sembunyi, tidak terang-terangan di depan teman-temannya yang lain.

"Merasa terdzolimi, padahal sedang mendzolimi. Lain kali cari tahu dulu sebelum bicara yang enggak-enggak." begitu katanya. Karena seperti kata Imam Syafi'i;

Barangsiapa menasehati saudaranya dengan sembunyi-sembunyi, berarti ia telah menasehati dengan mengindahkannya. Barangsiapa menasehati dengan terang-terangan, berarti ia telah mempermalukan dan memburukkannya. (Shahih Muslim Bisyar An-Nawawi (2/24)).

Yang dimaksud Husein adalah, Kiko merasa terdzolimi karena berpikir sang pedagang tidak adil dengan menaikkan harga di hari pertama masuk sekolah ini. Padahal semua merasakan hal yang sama. Namun Kiko mengeluh dan menggerutu tanpa mencari tahu lebih dulu, sedangkan Husein lihat tadi sang pedagang hanya tersenyum meminta pemakluman. Jadi jelas kalau Kiko yang mendzolimi di sini, namun sikapnya seperti ia yang terdzolimi.

Mirisnya, memang banyak orang-orang seperti Kiko di luar sana. Mereka mendzolimi orang lain, namun seakan mereka lah yang terdzolimi. Dunia memang kejam, apalagi bagi orang-orang kecil. Tapi orang yang bersabar atas beratnya ujian hidup dengan mengharap ridho Allah, kelak di akhirat nanti Allah akan memberikan balasan nyata berupa surga.

Hasein [SELESAI]Where stories live. Discover now