26. Happy Ending

13.4K 2.5K 26K
                                    

Jangan lupa baca autor note di bawah yah :)






Jangan langsung menilai sesuatu dari apa yang kita lihat dan kita dengar. Karena terkadang, itu tidak seperti yang terlihat, dan juga tidak seperti yang terdengar dari cerita orang.

~HASEIN~
Adelia Nurahma

Lelaki yang berdiri di ambang pintu kelas itu sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi seluruh murid di kelasnya. Dia selalu berdiri di sana sampai akhirnya bel terdengar dan penantiannya sia-sia.

"Syila belum pulang, yah?" Husein bertanya pada saudaranya, namun pandangannya tertuju pada Erwin.

"Kayaknya belum. Makannya Erwin masih di sana."

"Gak ketemu sama lo?"

Hasan menggeleng. Sejak hilangnya Syila, tiap kali Hasan mengendarai motor di jalan, ia memelankan lajunya dan mengamati jalanan. Setiap kali seperti itu, yang Hasan pikirkan adalah Syila yang menangis di halte. Ya, Hasan jadi teringat malam ia menemukan Syila dengan memakai dress dan menangis di halte.

Gadis itu rumit. Dia tidak seperti yang terlihat. Terlihat kuat padahal lemah. Terlihat kokoh padahal rapuh. Terlihat keras padahal... Hanya kurang perhatian. Dia seperti membangun dindingnya sendiri dan memasang topeng tak kasat mata. Sudah dua kali Hasan mendapatinya menangis di tempat yang tidak seharusnya. Di tempat umum yang mungkin orang lain datangi. Seakan dia sudah terbiasa untuk tidak dipedulikan oleh orang lain.

"Humaira, kenapa sendirian?"

Pertanyaan Erwin menarik perhatian yang lainnya. Tentu mereka heran mengapa tiba-tiba Erwin bertanya seperti itu pada Humaira yang baru saja tiba.

"Dimana Syila?"

Dan jawaban Humaira membuat Erwin menghela napasnya, merasa lega karena penantiannya kali ini tidak sia-sia.

Beberapa saat yang lalu...

Syila masih enggan keluar dari mobil yang ia tumpangi. Sedang menyiapkan mental. Sementara Humaira menunggu dengan sabar di luar.

"Udah belum?"

"Iya iya."

Mau tak mau akhirnya gadis itu keluar juga. Menghela napas panjang dan berusaha untuk tak mempedulikan tatapan orang-orang.

"Masih bisa napas, kan?"

"Ih iya lah."

Humaira tertawa, lalu mereka berjalan bersisihan untuk memasuki area sekolah. Sebelumnya, banyak yang tahu kabar mengenai hilangnya Syila. Bagaimana tidak kalau ayahnya sampai membuat pengumuman, juga meminta bantuan polisi dan melakukan investigasi. Martin bahkan sempat ditanyai karena terakhir kali Syila bertengkar dengannya.

Dan jangan bayangkan sedeg-degan apa Humaira. Karena itu ia selalu berusaha membujuk Syila untuk sekolah. Untungnya hari ini dia mau.

Karena itu, kini banyak tatap mata yang memperhatikan Syila. Bukan hanya kabar hilangnya yang membuat ia menjadi sorotan, namun karena penampilannya yang kini berubah.

"Anjir, gue malu banget."

Humaira langsung melotot dan memperingati Syila. "Heeh, ngomongnya jangan kaya gitu!"

"Eh, iya. Astaghfirullah."

Barulah kini Humaira tersenyum kembali. "Gak boleh ngomong kasar, yah."

Hasein [SELESAI]Where stories live. Discover now