15. Sudut Pandang

12.5K 2.4K 507
                                    

Manusia emang kaya gitu, kan, Sein? Bisa memberi semangat untuk orang lain, tapi kadang gak sanggup untuk nyemangatin diri sendiri.
-Khalisa-

~HASEIN~
Adelia Nurahma

Akhirnya, hari yang tanpa sadar sudah Husein tunggu sejak pertemuan itu, tiba juga.

Hari minggu.

Gadis di bawah hujan. Apakah bisa ia temui hari ini? Takdir apa yang sudah Allah tuliskan? Tentu tak ada yang tahu. Tadinya, Husein mau berangkat pagi sekalian sambil jogging. Tapi karena ia ada urusan lain, jadi batal lah niat itu. Uminya menyuruhnya pergi ke rumah kakaknya, Hanum, bersama Hasan juga. Katanya diminta untuk menemani Shafa dan Rafa karena Abi sedang di luar kota dan Hanum kerepotan kalau harus mengurusi dua-duanya.

Akhirnya, Husein memutuskan untuk datang di sore hari. Lagipula dia disibukkan dengan pekerjaan di siang harinya. Sore ini, Husein menunggangi motornya yang berwarna biru. Tidak mudah untuk pergi karena saat dirinya rapih dan wangi para penghuni rumah langsung bertanya. Diawali dengan Hasan. Lelaki berkaus putih dengan celana pendek selutut yang rebahan di sofa itu langsung memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah sambil berucap, "Mau kemana lo?" kaya orang mau malak. Tapi Husein udah biasa.

"Jalan-jalan."

"Ke?"

"Taman. Ikut?"

"Mager."

"Yaudah."

Husein kira sudah selesai, taunya Hasan bertanya lagi.

"Ngapain ke Taman?"

"Jalan-jalaaan." Gimana gak gemes, padahal tadi udah dibilang malah tanya lagi. Dan jawaban Hasan gak kalah bikin gemes dan kesel.

"Oh."

Sabarkanlah Husein, ya Allah.

Setelah Hasan selesai, uminya yang ada di pelataran rumah yang bertanya.

"Anak umi udah ganteng, mau ke mana nih?"

"Jalan-jalan. Umi mau ikut?"

"Naik motor?"

"Iya."

"Salim aja sini."

Husein terkekeh dan menyalami tangan Ashwa. Uminya emang paling gak mau naik motor. Katanya faktor usia jadi gampang masuk angin. Husein bersyukur uminya tidak seperti kakaknya, Hanum. Soalnya kakaknya yang satu itu, kalau udah nanya, suka gak ada ujungnya. Bikin kaget dan deg-degan karena pertanyaannya gak tersaring alias frontal.

Okelah. Kembali ke waktu sekarang. Dimana Husein melihat dari pinggiran jalan kalau di tempat duduk panjang itu tidak ada siapa-siapa. Namun tak langsung menyerah. Husein lebih memilih untuk menuju parkiran dulu dan jalan-jalan di sekitar taman layaknya single elegan. Mungkin orang-orang kira dia mau ketemuan sama pacar. Biarlah orang mikirin apa.

Sore ini tampilan Husein terlihat seperti kaum milenial pada umumnya. Kemeja lengan pendek tak terkancing dengan dalaman kaus putih dan celana panjang hitam yang tak menutup mata kakinya. Karena memang, mata kaki seorang lelaki tak boleh tertutup oleh kain yang dipakainya. Entah itu jubah panjang, sarung atau celana. Kalau sampai tertutup, namanya isbal, yakni memanjangkan, melabuhkan dan menjulurkan pakaian hingga menutupi kaki, baik karena sombong atau tidak.

"Dari Mughiroh bin Syu'bah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam bersabda," Wahai Sufyan bin Sahl! Janganlah kamu isbal, sungguh Allah tidak menyenangi orang-orang yang isbal. " [Hadits Riwayat. Ibnu Majah 3574, Ahmad 4/26, Thobroni dalam Al-Kabir 7909. Diubah oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah: 2862]

Hasein [SELESAI]Where stories live. Discover now