24. Kekurangan yang sempurna

10.7K 2.5K 911
                                    

Jangan takut gak dicintai, karena Allah mencintai kita. Cinta Allah lebih baik, lebih besar dan lebih berharga dari semesta dan isinya.
-Khalisa-

~HASEIN~
Adelia Nurahma

Husein menarik napasnya. Lalu menggaruk pelipisnya bingung. Kenapa ia jadi seperti orang habis maling. Come on. Ia harus mencari tahu sesuatu dan mengobati rasa penasarannya selama satu minggu ini.

Ya, sekarang sudah hari minggu. Kabar tentang keberadaan Syila belum ada. Dia juga masih belum masuk sekolah selama beberapa hari terakhir.

Dan ngomong-ngomong tentang Husein. Lelaki itu kini sudah berada di taman. Tentu jelas alasannya apa. Kursi di sana sudah terisi oleh seseorang. Husein pikir Khalisa datang lebih cepat hari ini. Kakinya melangkah mendekat. Dan yang membuatnya terkejut adalah, saat tinggal beberapa langkah lagi, Khalisa menoleh.

"Husein?"

Husein membelalak sampai memegangi dadanya.

"Y-ya?"

Eh, kenapa jadi gagap?

"Ekhm ekhm." Husein berdehem lalu melangkah kembali sampai akhirnya berdiri di hadapan Khalisa.

"Kamu kok tau sih?"

Khalisa terkekeh sebelum akhirnya menjawab, "Kamu harum." Jawaban yang sama seperti kali terakhir.

"Tapi kan masih jauh."

"Yaaa gitu deh."

Ambigu.

"Kamu bawa apa?"

Husein mengangkat tangannya dengan lagi-lagi perasaan terkejut yang tak bisa ia sembunyikan. Bagaimana Khalisa bisa tahu kalau dia membawa sesuatu? Apa roti bakarnya juga harum?

"Roti bakar tadi beli di depan taman," jawabnya, lalu duduk di ujung kursi. "Cepet banget udah di sini. Baru jam setengah empat."

"Lagi gak sholat. Jadi sebelum ashar udah ke sini. Kamu sendiri, memangnya gak sholat dulu?"

"Sholat di mesjid deket sini."

Khalisa terkekeh. "Niat banget pengen ke sini."

"Iya, aku penasaran sama kamu," jujurnya.

Khalisa tersenyum penuh maksud. "Jadi bener ternyata."

"Bener apa?"

"Minggu kemarin kamu ngikutin aku."

Husein reflek berdiri dengan kedua mata membelalak lebar. Oke, Khalisa semakin membuatnya takut dan bingung.

"Ka-kamu tau?"

Gadis itu malah terkekeh. "Duduk, aku gak gigit."

Bukannya duduk, Husein malah mundur selangkah. Kaget karena bahkan Khalisa tahu bahwa dirinya sudah berdiri.

"Husein, kamu takut?"

"Bu-bukan gitu. Aku cuma..." Husein tidak menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya sekarang. Ia pun memilih menarik napas panjang, menenangkan dirinya dan kembali duduk di tempatnya semula.

"Jangan takut, aku manusia, kok. Makan nasi, minum air putih, buang air dan sebagainya."

Husein tertawa. Menertawakan dirinya sendiri dan kebodohannya.

"Kalo gitu, ini jangan lupa dimakan," ujarnya, meletakkan kantung plastik berisi roti bakar itu di tengah mereka.

"Masih panas."

Hasein [SELESAI]Where stories live. Discover now