10. Perempuan itu

13.9K 2.6K 821
                                    

"Perempuan itu berharga. Jangan merusak diri lo hanya untuk kelihatan kekinian atau keren. Karena sebenernya itu gak keren, tapi bodoh."
-Husein-

~HASEIN~
Adelia Nurahma

"Hasan."

"Hm?"

Kiko mau nanya serius. Tapi melihat Hasan lebih fokus menyalin sesuatu dari ponsel ke buku membuat Kiko harus menunggu Hasan selesai dulu. Entah apa yang Hasan salin. Kiko hanya bisa menebak, mungkin itu adalah sesuatu yang penting makannya sampai Hasan catat di buku kecil yang selalu ia bawa di sakunya itu.

Kantin sudah ramai namun tak sampai berdesakan. Karena di masing-masing lantai sekolah itu memiliki dua kantin. Lantai satu ada dua, dan seterusnya. Banyaknya murid membuat pihak sekolah melakukan hal tersebut. Supaya para murid yang sudah membayar mahal untuk sekolah di tempat itu tidak mengeluhkan antrian panjang saat memesan atau tidak kebagian tempat duduk. Bisa dibilang, sekolah ini memang tempat yang sangat nyaman. Katanya, ada harga ada kualitas.

"Lo mau ngomong apa? Kok diem?"

Hasan sudah mendongak dan menutup buku kecilnya itu. Pulpennya tergeletak di atas meja, lantas Kiko mengambilnya lalu memasukkannya di saku seragam Hasan. Karena pasti ketinggalan kalau tidak diletakkan di situ. Beruntungnya Hasan memiliki teman-teman yang bisa jadi pengingat.

"Gue agak heran sama lo."

Hasan kurang mengerti. Entah topik apa yang ingin Kiko bahas.

"Lo emang dari dulu galak banget sama cewek atau sejak SMA ini?"

Nah, itu pertanyaan Kiko. Sekaligus, pertanyaan semua cewek yang pernah digalakin Hasan.

"Oh," kata Hasan, seringan ia bernapas. "Ada yang nyuruh lo nanya begini atau gimana?" tanyanya, merasa curiga. Takutnya Kiko dibayar untuk menanyakan pertanyaan yang sudah pernah ia dengar dari salah satu perempuan yang menyukainya. Tidak tahu namanya siapa, Hasan lupa.

"Gue nanya serius. Heran aja. Kalo cuma cuek sih, okelah. Tapi lo galak bener. Gak takut apa nanti gak dapet jodoh."

Hasan malah tertawa. Kiko memang harus banyak bersabar kalau bicara dengan Hasan. Sebenernya lebih nyaman ngobrol sama Husein. Tapi Husein lagi ke perpustakaan sama Iqbal.

"Ko, ngapain mikirin jodoh sekarang? Masih juga kelas dua," terangnya.

"Lo ngerti lah maksud gue."

Hasan rasa, Kiko memang sedang serius saat ini. Jarang-jarang nih Kiko begini. Hasan pun menarik napas panjang. Bersiap untuk menjawab serius juga.

"Gue galak ke mereka pasti ada alesannya. Kalo mereka gak genit, ngapain gue galakin."

"Ya tapi, lo kan bisa kaya Husein, tuh. Nolaknya baik-baik."

Hasan mengedikkn bahunya. "Gue sama Husein kan beda," begitu katanya.

"Nah, makannya gue tanya, apa gak takut nanti gak dapet jodoh? Cowok galak bikin cewek takut."

Hasan mengulum bibirnya, lalu tersenyum. "Gue kasih tau lo rahasia," Hasan mencondongkan tubuhnya, membuat Kiko reflek ikut memajukan dirinya juga.

"Apa tuh?"

Hasan pun berbisik pelan dan sangat serius.

"Gue lebih suka ngejar, daripada dikejar. Jadi, jodoh gue gak usah cape-cape datengin gue, biar gue yang datengin dia... Dengan cara yang baik. Suatu hari nanti."

Hasein [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang