4. Bersyukur

16K 3K 720
                                    

Cieee pagi pagi dikasih update :)))

Seneng gaaak??

Dari mana aja nih yang udah hadir?
Jangan lupa mantion kota kalian yah

Klik vote juga
Ramaikan komennya

Selamat membaca & semoga bermanfaat ✨

****

"Banyak hati yang sulit diketuk. Allah menunjukkan jalan yang lurus bagi orang-orang yang Dia kehendaki. Dan semoga kita semua termasuk ke dalam orang-orang itu.
Aamiin allahuma aamiin."
-Hasan-

~HASEIN~

Brrmm brmmm

Sebenernya gak bermaksud pamer. Cuma gimana, baru pertama kali bawa motor ke sekolah, rasanya senang. Rasanya seperti saat SD, dibolehkan untuk naik sepeda. Muter-muter deh keliling komplek.

Mereka berdua turun dari motornya setelah parkir ganteng. Bersamaan dengan itu, mereka melihat salah satu sahabatnya yang turun dari mobil, memanggilnya seceria pembawaannya.

"Hasein, tungguin."

"Kenapa dia ikutan panggil Hasein coba?"

Kepala Hasan pening. Sudah cukup harusnya hanya Kiko. Ini ditambah Iqbal.

Husein malah tersenyum. "Biarin lah," ujarnya, santuy.

"Kalian bawa motor?" tanya Iqbal yang sudah berdiri di depan mereka. Kedua bola matanya menatap penuh penasaran, seperti anak kecil yang lihat temannya pake sepeda baru.

"Naik motor. Mana kuat gue bawa-bawa motor." Hasan meralat, lalu membenarkan tasnya yang menyelempang di bahu kanan sambil memberi jawaban itu.

"Ooh, jadi kemarin izin itu mau buat SIM motor? Gue kira mobil."

Hasan gak suka nih sama nada-nada suara begini. Terdengar meremehkan. Padahal memang dasarnya si Iqbal saja polos. Lagipula mereka juga kemarin memang sekalian buat SIM mobil. Tapi tak usahlah repot-repot menjelaskan. Gak penting. Gak boleh sombong. Lebih baik diam daripada sombong. Allah gak suka orang sombong.

Husein pun mewakili untuk menjawab, "Lebih enak bawa motor. Bisa hindarin macet."

"Tapi kepanasan."

Hasan melihat betapa putihnya kulit Iqbal. Memang dirinya dan Husein pun kulitnya tidak gelap. Lebih ke ayahnya yang kebulean. Tapi kalau dibanding dengan Iqbal, dia ini putihnya tipikal orang Asia, bukan Barat. Kulit Iqbal seputih susu kaya boyband yang joged-joged di panggung, jadi sayang banget kalau kepanasan terus item.

Belum sempat menimpali keluhan Iqbal, suara motor lain berdatangan. Masih rombongannya. Kiko dan Ben. Iqbal melihat kedua sahabatnya itu dengan masing-masing motor besar yang mereka kendarai. Seketika jiwa ingin memilikinya meronta-ronta. Segera ia mengambil ponselnya yang berlogo gigitan buah, lalu agak menjauh dari Hasan dan Husein yang masih berdiri di tempatnya.

"Halo, Mami."

"Iqbal mau motor."

"Motor sport warna putih."

"Pokoknya Iqbal pulang udah ada di rumah."

"Gak papa. Nanti Iqbal pake jaket biar gak kepanasan."

"Oke, Mam."

"Makasih, Mam. I love you."

Setelah menyudahi panggilan telfonnya, Iqbal kembali lagi dengan senyuman lebar. Hasan dan Husein nampak sedang menyapa Ben dan Kiko yang baru saja tiba.

Hasein [SELESAI]Where stories live. Discover now