8. Harapan Alan

13.5K 2.8K 598
                                    

Kupu-kupu, semakin dikejar, semakin ngejauh. Lo lari, dia terbang. Kemungkinan dapetnya kecil. Coba lo jadi bunga, yang diem aja, tapi didatengin sama kupu-kupu.

Realistis dong jadi cowok! Biar gak keliatan murahan.
-Hasan-

~HASEIN~
Adelia Nurahma

Husein melepas maskernya, membuangnya ke tempat sampah lalu mencuci tangan, hidung dan wajahnya di wastafel. Lelaki lain yang baru keluar dari dalam bilik di kamar mandi itu pun melakukan hal yang sama.

Husein selesai lebih dulu. Rambut basahnya ia surai ke belakang. Wajahnya semakin terlihat lebih segar, menambah aura ketampanannya yang tak bisa ditolak oleh mata.

"Lo berdoa semoga nanti sampe rumah gak disidang," ujarnya, setelah melihat Hasan selesai.

"Karena masalah tadi?"

"Iya. Kemungkinan besar udah sampe di telinganya abi."

Hasan malah tertawa. "Hebat banget emang bokap lo."

"Kan bokap lo juga."

Dia kan bokap kaliaaaan.

"Ya tinggal jelasin aja kalo anak temennya itu butuh bantuan."

"Semoga semudah itu," kata Husein, sambil berjalan ke luar. Hasan ikut melangkah di belakangnya.

Bertepatan dengan pintu yang terbuka, Husein berhadapan dengan seorang lelaki yang tadi berurusan dengan saudaranya. Namun tak ada angin tak ada badai, lelaki itu mendorongnya.

"Lo gak usah ngaku-ngaku jadi pacarnya Syila!"

Setelah menarik napas panjang, Husein menanggapi lelaki itu dengan tenang. Martin ini pasti salah orang.

"Bro, kalo mau marah, tanya-tanya dulu. Kalo salah orang kan jatuhnya malu."

"Ada apa, sih?"

Hasan yang sempat berjongkok mengikat tali sepatunya mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Dibukanya pintu lebih lebar. Ia mendapati seorang lelaki yang ia lupa namanya siapa. Yang jelas lelaki itu nampak kebingungan.

"Lo yah!"

Sekarang Hasan dituding, tepat di wajah. Tak tahu apa-apa, lelaki itu hanya mengernyit.

"Dia gila atau gimana?" tanya Hasan pada Husein.

"Kayaknya kurang minum air putih."

"Di dalem banyak air, Mas."

Martin geram. Dua orang di depannya semakin menyulut emosinya.

"Lo cuma ngaku-ngaku jadi pacarnya Syila, kan? Dia gak bakal pacaran sama cowok lain. Dia masih cinta sama gue."

Hasan mual mendengarnya. Husein sendiri ingin tertawa. Lucu sekali laki-laki ini. Ternyata ada manusia lain yang tingkat percaya dirinya lebih tinggi dari abinya, Alan.

Si kembar keluar, membuat Martin mundur memberi ruang.

"Dengerin gue!" tegas Hasan.

Martin manut, dia diam, ingin mendengarkan. Tapi emang dasarnya ucapan Hasan gak bisa dicerna baik sama hati dan telinga. Bikin panas.

"Lo jangan jadi cowok murahan—"

"Kurangajar."

Bugh

Bukan suara pukulan. Itu hanya benturan tangan Husein yang menahan dada Martin karena melangkah maju. "Dengerin dulu!" kata Husein, pembawaannya begitu tenang seperti biasanya.

Hasein [SELESAI]Where stories live. Discover now