30. Menyembunyikan perasaan

15.5K 2.6K 1.3K
                                    

3.200 kata untuk kalian tercinta ❤
Jangan lupa vote & komentar

Dan mohon baca author note di bawah yah. Banyak info penting yang harus kalian tau :)

Selamat membaca
✨✨✨





Waktu memang begitu, seperti mencuri apa yang sebenarnya tidak kita miliki. Berlalu begitu saja dan merasa bahwa kita tak mendapatkan apa-apa selama ini.

~HASEIN~
Adelia Nurahma

Waktu terus berjalan seperti biasa, tanpa peduli urusan tiap-tiap manusia. Tak ada yang bisa menghentikannya untuk terus membuat hari-hari menjadi masa lalu. Semua berjalan normal. Itu yang dilihat oleh mata. Namun tidak dengan perasaan setiap orang. Perasaan yang hanya bisa dirasakan sendiri bila mulut tak  bersuara untuk bercerita.

Husein dengan keyakinan hatinya. Hasan dengan usahanya yang masih setia ia lakukan diam-diam. Syila dengan fokusnya untuk terus memperbaiki diri. Lalu Humaira yang pasrah akan takdir Tuhan kedepannya. Humaira ada di posisi yang serba salah. Selalu seperti ini. Bila ia berusaha, dan Tuhan merestui... Humaira sungguh tidak akan mampu berhadapan dengan Khalisa yang kini setiap harinya terlihat lebih bahagia. Dan bila ia menyerah, akankah dirinya sanggup dengan kenyataan yang akan ia lihat setiap hari?

Mari sejenak melupakan tentang perasaan. Kenaikan kelas beberapa bulan lalu, ternyata tak ada yang berubah. Kelas tak diacak lagi jadi mereka yang sekelas di kelas dua, satu kelas kembali. Bulan berlalu hingga sebentar lagi kelulusan akan tiba. Waktu memang begitu, seperti mencuri apa yang sebenarnya tidak kita miliki. Berlalu begitu saja dan merasa bahwa kita tak mendapatkan apa-apa selama ini.

Masih terlalu awal untuk menyerah. Itu yang Hasan katakan pada Humaira. Yang mana sebenarnya ia mengatakan itu untuk dirinya sendiri. Hasan pun pernah bilang, ia lebih suka mengejar daripada dikejar. Baginya, wanita seperti Humaira memang patut untuk dikejar.

Katakanlah, kalau Hasan menyukai semua yang ada pada diri gadis itu. Sikapnya yang lemah lembut, tak menonjol diantara yang lain, memiliki sifat pemalu yang mana sudah jarang ia temui pada siswi lainnya di sekolah, dan lagi, mengingat kodratnya sebagai wanita, Humaira sangat betah berada di rumah. Tak ada istilah shoping, nongkrong, dan keluar untuk sesuatu yang kurang penting.

Dari mana Hasan tahu? Jelas saja, sudah dua kali ia ada di luar bersama Humaira. Pertama saat menjenguk Iqbal, secara tidak langsung Humaira seperti meminta perlindungan darinya, terlihat dari gesturnya yang nampak risih saat ada di luar. Pemikirannya itu pun dikuatkan pada kali kedua, saat dimana ia menemani Humaira menunggu taksi. Jelas sekali kalau dia kurang nyaman ada di luar rumah.

Bukankah Hasan patut memperjuangkannya?!

Jadi... Menyerah tak ada dalam kamusnya. Lagipula, bukan hanya dirinya yang bertepuk sebelah tangan. Humaira juga bertepuk sebelah tangan. Ya, Hasan tahu kalau adiknya lebih condong kepada Khalisa ketimbang Humaira. Bukankah ini kesempatannya?

Masih dalam doa ia menjaga. Menjaga sesuatu yang ia harap Tuhan takdirkan untuknya. Bila memang takdir berkata lain, tak apa, yang penting Hasan tidak menyesal karena sudah berusaha. Dan bukankah memang seharusnya begitu?

Mari ke hal lainnya.

Sudah sepuluh detik Syila tak berkedip. Padahal matanya sudah terasa perih. Tapi dia tidak boleh kalah kali ini. Syila harus menang main siapa yang paling lama berkedip dengan Erwin lalu menguras isi dompetnya. Soalnya Syila gak pernah menang.

Hasein [SELESAI]Where stories live. Discover now