29. Perasaan yang terungkap

13.8K 2.6K 2.2K
                                    

Ramein yah, ada 3860 kata yang aku tulis di part ini, itulah kenapa ngetiknya sampe butuh waktu 3 hari karena part ini sama dengan 3 part :')

Menuju Ending 💔

Cuplikan part!

"Sakit tapi gak berdarah."

"Merasa ditolak bahkan sebelum bisa bertindak. Itu yang membuat hatinya memberontak."

"Bolehkah untuk sekali ini aku egois?"

"Gue gak minta lo bales perasaan gue. Gue bahkan tau ini memang kedengeran gila. Tapi rasanya gue gak bisa terus-terusan hidup dengan mendam perasaan sebesar ini."

"Alih-alih terlihat seperti saudara yang marah karena merasa tidak terima, dia malah lebih terlihat seperti laki-laki yang sedang cemburu."

~HASEIN~
Adelia Nurahma

Lagi-lagi lelaki itu menengok ke sekeliling. Memperhatikan orang-orang yang baru saja datang. Namun nihil, sosok yang dicarinya tak kunjung ia temukan. Ia pun menepuk bahu seseorang yang berbaris di depannya, membuat Kiko menoleh dan menatapnya bertanya.

"Abang gue ke mana?"

"Gak tau, gak gue kantongin."

Husein tersenyum gemas mendengar jawaban tak berfaedah itu.

"Sein, lo di depan ah. Males gue baris di depan mulu."

"Ya lo kan lebih pendek, makannya di depan."

"Heloooow, lo bener."

Husein memutar bola matanya kali ini. Kiko memang baris di depan, tapi bukan yang paling depan. Beruntungnya masih ada siswa lain yang lebih pendek darinya.

"Eh, Bal," panggil Husein pada Iqbal yang baru saja tiba.

"Woet?"

"Liat Hasan?"

"Liat. Tadi jalan di..." Iqbal mencari-mencari setelah ia menoleh ke belakang. "Lah, tadi di belakang gue. Sumpah deh."

Husein menghela napasnya. Sudah jelas kalo seperti ini, Hasan tidak ikut upacara. Kemana lagi coba abangnya itu? Tapi, sejak kemarin tingkahnya memang... Agak aneh. Entah kenapa Hasan pulang duluan dari taman. Saat Husein tiba di rumah, dan sampai waktu isya tiba, Hasan tak keluar dari kamarnya. Abangnya itu hanya keluar sebentar untuk makan malam dan kembali lagi ke kamar. Dan lagi, dia mendadak jadi pendiam.

Husein jadi bertanya-tanya, apa yang bisa membuat Hasan jadi seperti bukan Hasan yang ia kenal?

Apa abangnya sedang galau?

Tidak mungkin.

Dan kalau pun iya, apa penyebabnya?

Apa dia lupa menaruh buku catatannya?

Pasalnya, terakhir kali Hasan galau, alasannya adalah buku catatannya yang lupa ia taruh dimana. Jadi merasa otaknya yang menyimpan ingatan hilang separuh. Padahal, buku kecil kesayangannya ada di kantung celana yang terakhir kali ia pakai. Poor Hasan.

Dan mungkin iya itu alasannya.

"Paling lagi cari tempat enak buat tidur," celetk Kiko yang sudah sangat mengenal Hasan.

Batin Husein pun membenarkan.

Para murid merapihkan barisan karena upacara segera dimulai. Seruan untuk setengah lencang kanan agar tidak terlalu rapat dan terlalu renggang diteriakkan. Husein menoleh ke kanan dan mendapati Humaira baris di sampingnya. Ia tersenyum, merasa lebih lega kalau itu Humaira.

Hasein [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang