2. Hantu di Sekolah

415 92 17
                                    

Pukul 5:15 KST

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Pukul 5:15 KST.

Aku melangkahkan kaki memasuki gerbang belakang sekolah. Sepi. Tidak ada satupun murid yang hadir di sekolah sepagi ini kecuali seorang Huang Renjun dengan segala keanehannya. Ya, aku memang aneh. Aku mengakui itu.

Jujur saja, selama sepuluh tahun hidup bersama hantu, membuat diriku menjadi semakin aneh. Apalagi banyak murid di sekolah yang selalu membullyku, meremehkanku, merendahkanku, bahkan mengataiku gila.

Aku hanya bisa menerima semua tuduhan mereka karena aku tahu mereka normal, mereka tidak sama denganku. Orang normal mana mungkin bisa mengerti perasaan seorang indigo sepertiku. Hidup mereka mungkin dipenuhi kebahagiaan tanpa ada bayang-bayang ketakutan. Aku dan mereka tidak sama, karena kita berbeda.

Langkah kakiku menggema di seluruh koridor sekolah, lampu sekolah masih padam, satpam juga belum menunjukan dirinya. Kuputar kepala ke sekeliling, sepi dan sunyi, hanya itu yang kudapat.

Diam-diam aku menghela nafas lega, aku pikir pagi ini aku tidak akan bertemu dengan si kem-

"Halo, Renjun!"

Tubuhku terlonjak kaget begitu Hena muncul tiba-tiba di depan wajahku. Bibirnya tersenyum lebar, menampakan wajah ceria yang selalu membuatku kaget setengah mati. Selalu begitu setiap hari.

"Hena! Aku mencarimu daritadi. Kau malah di sini, cepat kita bersiap." Heni, kembaran Hena muncul tiba-tiba di belakangku, kemunculannya sama persis seperti Hena, bedanya Heni menampilkan raut wajah kesal.

Hena melongokan kepalanya ke belakang tubuhku. "Dasar galak. Aku hanya ingin bertemu pangeranku."

"Yak!" Heni berteriak dari belakangku, berjalan menembus tubuhku begitu saja untuk menghampiri Hena.

Aku sedikit kaget saat energi positif dari tubuhku bertabrakan dengan energi negatif milih Heni, aku terdiam beberapa detik untuk menetralkan tubuhku.

"AWW! HENI! SAKITT!" Heni menjewer telinga Hena sekencang mungkin.

"Makanya kalo dibilangin jangan ngeyel!" Heni terus menarik telinga Hena, lalu wajahnya ia tolehkan padaku. "Renjun, maaf kalau dia sudah mengganggumu. Kami pergi dulu."

Setelah berucap demikian, Hena dan Heni langsung menghilang dari pandanganku. Mereka mungkin pergi ke toilet perempuan, tempat dimana mereka menetap selama ini.

Memang, dari yang aku dengar, ada satu bilik di dalam toilet perempuan yang tidak terpakai. Murid perempuan tidak diperbolehkan memakai toilet itu jika tidak ingin terjadi hal-hal yang mengerikan.

Aku tidak tahu harus merasa beruntung atau tidak, karena Hena dan Heni adalah temanku di sekolah ini, meski mereka tak nyata untuk banyak orang, setidaknya aku bisa melihat mereka dan berbicara dengan mereka. Mereka adalah teman pertamaku di sekolah, sebelum akhirnya aku bertemu hantu lain dan menjadi teman mereka.

The 7th Sense | HRJ x You ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora