34. Takdir Yang Menyedihkan

242 80 18
                                    

Rasanya belum puas juga hari ini aku disibukkan dengan mencoba menenangkan y/n yang menangis di kelas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rasanya belum puas juga hari ini aku disibukkan dengan mencoba menenangkan y/n yang menangis di kelas. Kini aku harus pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan Han sekaligus menjenguk Seungmin.

Untung saja Han sudah mengirimkan alamat rumah sakit tempat di mana Seungmin dirawat, jadi aku bisa segera pergi ke sana sepulang sekolah.

Menaiki bus dari halte depan sekolah, aku memulai perjalanan menuju rumah sakit. Ada sekitar tiga tempat pemberhentian sebelum akhirnya bus berhenti di halte dekat rumah sakit yang aku tuju. Segera aku turun dari bus dan bergegas menuju rumah sakit.

Di lobi depan, aku mendapati Han sedang menunggu kedatanganku. Dia melambaikan tangan, berharap aku melihat kehadirannya.

Aku segera menghampiri Han karena tak mau membuang waktu. Ingin sekali aku menyelesaikan semua yang harus kulakukan hari ini dan pulang ke rumah untuk beristirahat. Karena sejujurnya, aku sudah cukup lelah akan semuanya.

"Kamu langsung ingin bertemu dengannya?" tanya Han yang terlihat masih memakai seragam sekolah.

Aku mengangguk.

"Yaudah kita langsung ke ruang rawat Seungmin."

Han berjalan lebih dulu setelah menyelesaikan kalimatnya. Beberapa kali dia menoleh ke arahku, mungkin memastikan kalau aku mengikutinya di belakang.

Ada satu hal yang tidak aku sukai tentang rumah sakit. Di sini, ada begitu banyak arwah gentayangan yang terkadang dengan sengaja menabrakkan jiwa mereka ke tubuhku. Membuatku merasakan hawa negatif berupa angin dingin.

Benar-benar menyusahkan menjadi orang sepertiku. Bahkan ketika aku tak ingin diganggu saja, mereka selalu datang mengganggu. Yeah, kalau kata orang lain sih, seorang indigo memancarkan cahayanya sendiri. Cahaya yang dapat menarik hantu dan jiwa tanpa raga.

"Berhenti menabrakkan jiwamu padaku," kataku kesal ketika beberapa kali sosok hantu perawat terus saja mengganggu dengan menembus tubuhku secara sengaja.

"Oh, kamu memang bisa melihatku ternyata? Wah bagus, aku akan mengikutimu terus kalau gitu." Perawat itu terlihat mengembangkan senyum di wajah pucatnya.

Aku menghela napas, mencoba abai dengan apa yang perawat perempuan itu lakukan. Kakiku terus melangkah mengikuti Han, sebisa mungkin menyesuaikan agar tidak tertinggal.

"Hai, kamu tampan juga. Bagaimana kalau menjadi pacarku? Sepertinya kamu tidak punya pacar."

Astaga! Aku benar-benar muak sekarang. Bisa-bisanya hantu perawat itu menawarkan diri untuk menjadi pacarku disaat dia sendiri tak sadar umur.

"Bisakah kamu pergi? Aku sibuk dan tidak ingin diganggu," ucapku dengan nada memohon.

"Tidak. Aku tidak mau. Jarang sekali aku bertemu dengan orang sepertimu, dan kamu juga bisa melihatku. Oh! Apa ini takdir dari Tuhan? Wah! Tidak kusangka aku bertemu jodohku setelah menjadi arwah."

The 7th Sense | HRJ x You ✔Where stories live. Discover now