18. Pembalasan Dendam

169 53 0
                                    

Hari minggu akhirnya tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari minggu akhirnya tiba. Hari dimana aku harus memberitahukan fakta yang sesungguhnya terjadi ke Irene nuna.

Beberapa hari lalu Ryujin berhasil menemukan cara untuk memberitahu Irene nuna. Ryujin bilang, aku hanya harus jujur ke Irene nuna tentang apa yang aku lihat. Itu berarti aku akan membongkar bakat istimewaku demi menolong Irene nuna.

Yeah, aku tidak peduli kalau harus memberitahu Irene nuna bakat istimewaku. Aku tidak terlalu memikirkannya karena aku yakin, Irene nuna akan percaya padaku.

"Sudah siap, Ren?" Ryujin berjalan bersisian denganku. Kami menyamakan langkah kaki agat tidak ada yang lebih dulu sampai atau tertinggal di belakang.

Aku mengangguk. "Harus siap."

Ryujin menepuk bahuku beberapa kali. "Tenang, Ren. Semua bakal baik-baik aja kok."

"Makasih Ryu, udah mau nolong aku."

"Nggak usah bilang makasih, Ren. Menolong sesama manusia itu kewajiban."

Kedua sudut bibirku naik ke atas, tersenyum tulus.

Baru kali ini aku bisa merasa nyaman di dekat manusia. Aku merasa beruntung bertemu Ryujin.

Kami memiliki banyak kesamaan. Dari bakat, sifat, dan beberapa hal lain.

Dibandingkan saat bersama
y/n, aku merasa Ryujin sangat cocok berteman denganku. Ya memang, aku tidak menganggap y/n teman. Karena aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku dibalik hubungan pertemanan. Lebih baik aku dan y/n menjalani kehidupan seperti tak ada yang terjadi.

Aku berniat menyembunyikan perasaanku darinya, entah sampai kapan.

"Ren, ini kan tokonya?"

Suara Ryujin menyadarkanku dari pemikiran tentang y/n. Ternyata kami sudah sampai di toko bunga dan aku tidak sadar sama sekali.

"Iya, Ryu. Ini tokonya. Ayo masuk." Aku mendorong pintu kaca, masuk lebih dulu ke dalam toko.

Di dalam toko tidak ada siapapun, padahal toko ini sudah buka, terlihat dari tulisan open di depan pintu kaca.

Mataku melihat ke segala arah, mencari keberadaan Irene nuna yang biasanya sudah berdiri manis di depan meja kasir, menyambut kedatanganku.

Prang.

"AAAAA."

Suara teriakan terdengar dari ruangan yang biasa Irene nuna jadikan kantor untuk beristirahat saat tidak ada pembeli.

Aku bergegas lari ke dalam, takut terjadi apa-apa pada Irene nuna.

Ketika memasuki ruangan, pandangan yang tersaji pertama kali adalah beberapa barang hancur berserakan di lantai, kantor yang tadinya rapih kini sudah berantakan seperti kapal pecah. Bisa kulihat Irene nuna sedang duduk menekuk lutut di sudut ruangan, kepalanya tertunduk, bahunya bergetar, sesekali dia terisak.

The 7th Sense | HRJ x You ✔Where stories live. Discover now