27. Perjuangan Membebaskan

174 51 1
                                    

Akhirnya, aku dan y/n sampai di sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhirnya, aku dan y/n sampai di sekolah. Tepat pukul enam.

Belum banyak siswa yang datang ke sekolah. Yeah, karena bel masuk akan berbunyi satu jam lagi, jadi sekolah masih cukup sepi, kecuali orang-orang rajin dan murid kelas dua belas yang akan menghadapi ujian. Mereka harus datang lebih pagi ke sekolah untuk belajar.

Yang aku tahu, menjadi murid kelas dua belas di Korea sangatlah sulit. Sebab disamping harus berjuang untuk ujian, mereka pun bekerja keras agar bisa diterima di Universitas terbaik bagi yang ingin melanjutkan studi, atau belajar untuk tes PNS bagi yang tak mampu melanjutkan pendidikan.

Aku sendiri berpikir, aku tak akan masuk ke dalam perguruan tinggi nanti, sebab aku tak memiliki uang banyak. Yah, mungkin menjadi PNS lebih baik, aku bisa menghasilkan uang dari sana.

Sibuk berkutat dengan pikiran, aku sampai tak sadar bahwa kami -aku dan y/n- sudah sampai di dalam kelas. Langsung saja aku berjalan cepat ke arah tempatku duduk. Setelah itu aku berlari keluar kelas, menghiraukan teriakan y/n yang memanggil namaku.

Di koridor sekolah, aku berpapasan dengan Hena dan Heni. Kulihat mereka sedang sibuk berdebat.

"Hena, Heni." Aku memanggil mereka, sekaligus menghentikan perdebatan dua saudara kembar itu.

Hena dan Heni menoleh ke arahku.

"Eh? Pangeranku sudah datang." Hena tersenyum lebar, merentangkan tangannya, hendak memelukku.

"Ett." Heni tiba-tiba menarik tangan Hena, membuat hantu itu berteriak kesal karena tak jadi memelukku.

"Kamu menyebalkan!" sungut Hena.

"Ck. Diam kamu. Aku lagi marah sama kamu ya."

Hena terlihat mencibir sebelum mengubah raut wajahnya menjadi ceria begitu menatapku. "Ada apa Renjun? Kamu mencariku?"

"Dia mencari kita berdua, Na. Dia memanggil nama kita tadi, bukan hanya namamu." Heni meralat perkataan Hena.

"Ish, yaudah sih."

Heni menggeleng pelan melihat kelakuan saudara kembarnya, dia lalu menatapku. "Ada apa?"

Aku berpikir sejenak.

"Bilang saja Renjun, kalau kamu butuh bantuan kami, kami akan siap membantu."

Kugigit bibir bawah pelan sebelum akhirnya meminta bantuan mereka. "Emm, kalau nanti kalian bertemu Ryujin, eh tunggu. Kalian kenal Ryujin kan?"

Heni mengangguk cepat. "Tentu saja, dia teman kami juga di sini. Selain kamu dan errr, Jaemin."

Mataku seketika membola. "Kalian tahu kalau Jaemin bisa melihat hantu juga?"

"Tentu saja. Jaemin itu pangeran keduaku setelah kamu. Eh, maaf ya Renjun. Kuharap kamu tidak cemburu." Kali ini Hena yang menjawab pertanyaanku.

"YAK!" Heni secepat kilat memukul kepala Hena.

The 7th Sense | HRJ x You ✔Where stories live. Discover now