5. Perkenalan

323 79 6
                                    

Pulang sekolah, aku sudah berada di area tempat pemakaman umum bersama Mark

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Pulang sekolah, aku sudah berada di area tempat pemakaman umum bersama Mark. Bisa kulihat wajah Mark gelisah, kesedihan terpancar jelas diwajahnya begitu kami tiba beberapa meter dari keluarganya yang kini tengah menangis seraya menaburkan bunga di atas makam Mark.

Hatiku ikut sakit melihat pemandangan itu, aku tahu rasanya kehilangan. Namun perasaan yang Mark rasakan mungkin jauh lebih sakit karena di sini ia yang kehilangan seluruh keluarganya, termasuk menyaksikan sendiri nisan bertuliskan namanya.

Aku tak tahu bagaimana rasanya ketika suatu hari nanti aku juga sama seperti Mark, menyaksikan namaku sendiri di atas nisan dengan keluargaku menangis seraya menaburkan bunga. Membayangkannya saja menyedihkan. Eh tapi, keluarga siapa yang aku maksud? Apa aku masih punya keluarga setelah kematian Ibu?

"Mark oppa, kenapa kamu meninggalkanku."

Suara yang aku dengar baru saja begitu menyedihkan, terdengar seperti menyayat hati. Kulihat Mark semakin bersedih, air mata terus keluar dari kedua matanya.

"Maaf, y/n. Maafkan aku." Mark berjalan pelan, ia menghampiri makamnya sendiri, berdiri tepat di samping nisan bertuliskan namanya.

Keluarga Mark satu per satu pergi meninggalkan pemakaman, sampai hanya tersisa tunangan Mark dan Ayahnya, kalau aku tidak salah.

"Ayo kita pulang y/n, sebentar lagi hujan."

Kutadahkan kepala ke langit, memang benar, awan mendung menghiasi langit. Kegelapan perlahan muncul begitu sang mentari tertutupi sinarnya.

"Tidak, Appa. Aku tidak akan pulang."

"Jangan begitu. Biarkan Mark tenang."

Aku melihat tunangan menggeleng,ia tetap pada pendiriannya.

"Appa pulang duluan saja, aku masih ingin di sini."

"Kamu yakin?"

Tunangan Mark mengangguk, lalu Ayahnya mengusap kepala tunangan Mark lembut, lantas berlalu pergi meninggalkan pemakaman.

Setelah semua orang pergi, aku gantian melangkahkan kaki ke makam Mark. Kulihat Mark tengah mengusap kepala tunangannya, walaupun itu sama sekali tidak bisa dirasakan oleh orang yang masih hidup.

Aku mengusap sedikit airmata yang menggenang di pelupuk mataku, berkali-kali aku menolong arwah yang belum menyelesaikan masalah di dunia, tapi baru kali ini aku merasa kesedihan yang luar biasa.

"Permisi." Kini aku berdiri tepat di sebelah tunangan Mark, kedua tanganku saling mengait satu sama lain di depan tubuh. Kubungkukan kepala sebagai tanda hormat kepada makam Mark.

Tunangan Mark melihatku, tatapannya tidak bisa kujelaskan secara rinci. Ada begitu banyak kesedihan, kesakitan, kekecewaan, serta kehilangan.

"Siapa?" tanyanya disela tangis.

The 7th Sense | HRJ x You ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat