31. Hantu di Toko Buku

423 102 20
                                    

Sepulang sekolah, seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang sekolah, seperti biasanya. Aku pergi ke toko buku untuk melakukan pekerjaan di sana.

Bagiku, menghabiskan hari dengan bekerja dan sekolah adalah hal biasa. Mengingat ayah tak lagi bekerja mencari uang dan selalu mabuk-mabukan juga bermain judi, membuatku menjadi sosok yang mandiri.

Walau terkadang aku selalu menertawakan nasibku yang terlihat sangat mengenaskan, tapi aku tetap harus bertahan. Setidaknya untuk tugas sekolah yang menanti esok hari, atau untuk pekerjaan yang kulakukan setiap hari.

Karena pada kenyataannya, manusia selalu bisa memiliki alasan untuk tetap hidup. Meski alasan itu sesederhana melihat senja setiap hari, atau untuk memakan makanan favorit yang belum kesampaian.

Jika saja orang-orang mulai menerapkan prinsip seperti itu dalam hidup. Aku yakin, akan ada banyak orang bertahan di dunia ini. Sebanyak apapun masalah mereka. Sehancur apapun hati mereka. Sesulit apapun hidup mereka.

"Renjun, kamu tahu? Melihatmu bekerja keras begitu. Aku jadi ingin hidup kembali."

Suara tak asing menyapa pendengaranku. Aku sudah hafal dengan suara ini. Jadi begitu aku tolehkan kepala ke samping, aku sudah tidak terkejut ketika mendapati sosok putih pucat dengan kacamata menggantung di hidung.

Sosok itu membawa sebuah novel di tangan, berdiri mengambang di sampingku. Sesekali dia membalik lembaran novel, lalu membenarkan letak kacamata.

"Kalau begitu, kenapa kamu tidak kembali ke tubuhmu saja? Bukankah seharusnya kamu sudah puas membaca semua buku di sini?"

Sosok di sampingku mengangkat bahu, terlihat tak tertarik dengan pembahasan yang kuungkit.

"Kenapa tidak ingin kembali? Bukankah kamu masih hidup? Kamu hanya koma, kan? Kesempatan hidupmu masih ada." Aku mencoba berbicara dengannya. Mengungkit kembali pembahasan yang sudah kerap kali aku coba bicarakan dengan dia.

"Entahlah, Renjun. Jika aku bisa, mungkin aku akan kembali. Tapi ...."

Kupusatkan perhatian pada sosok di sampingku. "Tapi kenapa?"

Sejak pertama kali aku bekerja di toko buku ini, keberadaan sosok yang suka membaca itu membuatku penasaran. Apa sekiranya kisah yang dia punya sehingga bisa berada dalam keadaan seperti ini.

Dia tidak hidup, tapi juga tidak mati. Dia seperti berada di pertengahan antara hidup dan mati. Sayangnya, aku tidak tahu apa yang membuat dia bisa seperti itu.

Dia juga tidak mau bercerita padaku, bahkan setelah enam bulan aku dan dia saling berbicara satu sama lain.

Jadi, ketika dia mulai ingin sedikit membuka diri padaku, aku langsung saja meresponnya. Seperti saat ini, kulihat dia mulai ingin bercerita padaku.

Apapun dan bagaimana pun kisah yang akan dia ceritakan nanti, aku akan selalu siap mendengarkan. Karena yeah, aku sudah terbiasa menjadi tempat curhat bagi para hantu.

The 7th Sense | HRJ x You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang