15. Presentasi IPA

33 11 9
                                    

15.

Anak kelas delapan ‘A’ lagi anteng-antengnya sekarang. Soalnya lima belas menit sebelum pelajaran pertama dilakukan, mereka diwajibkan buat menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian dilanjut dengan literasi sebentar.

Alasan sebenernya bukan itu. Mereka diam itu karena di depan kelas mereka sekarang ada Pak Soleh yang tak lain dan tak bukan adalah satpam sekolah mereka.

Sebenarnya muka beliau ini nggak semenyeramkan satpam yang satunya. Tapi beliau ini benar-benar tegas, bukan cuma ngomong doang. Kebalikan sama yang satunya.

Tubuh beliau ini cukup kekar ditambah warna kulitnya yang eksotis menambah tingkat kadar ke-menyeramankan-nya.

(Maaf tidak bermaksud rasis)

Beliau ini jarang banget ngomong tapi lebih cenderung ke tindakan. Biasanya kalau ada siswa/i yang ditegur sekali nggak menghiraukan akan langsung ditindak tegas. Cewek atau cowok sama aja.

Ditambah di kelas ada si Chan. Murid yang dari kelas tujuh udah sering buat masalah yang mana membuat kelas ‘A’ angkatan mereka ini selalu ditandai. Sampai-sampai Pak satpam yang biasanya nggak terlalu memperhatikan siswa pun ikut pusing.

Tinggalkan tentang pak satpam yang galak. Sekarang mereka udah duduk lagi waktu ada Bu Ani— guru IPA.

"Jadi langsung presentasi ya, kalian bisa tukar pikiran biar pemahaman kalian bertambah." Kalau menurut Jeje bertambahnya sih nggak tapi malah bikin ribet. Buku paket atau LKS udah susah-susah membangun mereka buat sepemikiran eh gurunya nyuruh biar tukar pikiran. Bukannya bertambah ilmu malah memperpusing siswa/i yang internal otaknya sudah diambang batas.

Kasihanilah kami yang nggak punya otak memadai wahai guru yang budiman.

"Dimulai dari kelompok satu ya." Chan yang ada dikelompok nomor satu langsung angkat tangan. "Iya Chan?"

"Jangan diurut dong Bu! Suruh yang siap aja!" kata Chan. Sekelompoknya itu anaknya pendiem semua alhasil dia yang jadi tumbal buat presentasi— yang mempresentasikan maksudnya.

Sebenarnya ini adalah sebuah gagasan yang dilayangkan seorang warga kelas demi kesejahteraan nilainya.

Sebab lancar nggak-nya sebuah presentasi akan memengaruhi hasil alias nilai. Sebagus apapun opini miliknya kalau penyampaiannya nggak lancar atau nggak jelas. Ya udah terima nasib.

Itulah kenapa kita itu harus bisa public speaking. Gitu kata Jeje yang sekarang lagi liatin Chan yang kayaknya terdesak itu.

Kalau kelompok Jeje mah gampang. Walaupun public speaking-nya Jeje nggak terlalu bagus tapi Jeje cukuplah kepercayaan dirinya kalau presentasi di kelas.

Lagian disitu juga ada Sung yang public speaking-nya nggak usah diragukan. Entah kenapa Jeje jadi ragu lagi kalau Sung itu manusia. Soalnya Sung itu jarang banget ngomong tapi kok bisa lancar gitu kalau public speaking. Dia kayak udah biasa ngomong didepan orang banyak tapi tetep nampilin muka datarnya. Ada beberapa ekspresi tapi nggak terlalu jelas.

"Sudah-sudah maju kamu Chan!" Akhirnya kelompok Chan yang didalamnya ada Mala itupun maju.

Jeje nggak yakin kalau kelompok mereka itu sependapat— maksudnya Jeje agak nggak yakin gimana cara mereka ngerjainnya. Soalnya Mala itu kan skill public speaking bagus tapi waktu Chan nolak buat presentasi dia diam aja. Biasanya dia minta duluan padahal belum di panggil.

Alasannya sih biar nanti nggak usah mikir lagi. Nyantai tinggal liat yang lain presentasi.

Dan itu membuktikan bahwa dalam kelompok mereka ini ada sedikit problematika yang harus diluruskan agar tidak menimbulkan perpecah-belahan antar anggota. Haha terlalu— lebay.

One Class | LengkapWhere stories live. Discover now