26. Makan

24 8 9
                                    

"Sorry ya gue gak ikut."

"Lah napa Mel?" tanya Jeje.

Setelah hampir seharian di rumah Chen, mereka akhirnya keluar dengan maksud mau ke kafe tempat mereka ditraktir Chen. Udah pada siap semua—pasang helm sampai Chan aja udah stater motor.

"Gue udah dijemput, sorry ya."

"Eh Lo gak ngasih tau kalau mau makan-makan dulu?" Sebagai teman yang baik Jeje langsung nyerbu Amel dengan pertanyaan. Beberapa waktu lalu dia juga pernah sekelompok sama Amel dan anak itu selesai kelompok langsung pulang, walaupun yang lain main atau pergi makan. Emang anak rajin, panutanQ.

"Nggak dikasih izin, gue duluan. Assalamualaikum." Amel langsung lari ke arah mobil warna hitam yang kayaknya itu mobil jemputan.

"Lo gak ikutan pulang juga kan Je?" tanya Jepon.

"Nggak, kuylah!" Mereka langsung naik motor masing-masing.

Yang boncengan Chan sama Chen, dua orang itu rumahnya searah katanya. Nanti Chen numpang lagi pulangnya sama Chan.

"Lin! Kamu sudah mengabari ibumu?" Sebelum bener-bener berangkat Sung ngingetin, takut lupa. Nanti malah dikira aneh-aneh lagi, masalahnya Jeje sekarang cewek sendiri. Sung juga kasihan kalau nanti sampai rumah Jeje dimarahi, biar dia saja.

"Hampir lupa Sung!" Jeje buru-buru mengambil ponselnya dan segera mengabari ibunya.









"Kalian duduk aja, gue ke waiter dulu," kata Chen.

Mereka berlima langsung duduk disebelah pojok kanan, tempatnya lumayan sepi. Kalau nanti mereka bercanda dan ketawa-ketawa nggak jelas pasti nggak malu karena nggak terlalu kelihatan dari luar.

"Gue cewek sendiri, tau gini gue ajak Zara aja," celetuk Jeje.

"Panggil aja! Suruh kesini sebagai gantinya Amel, hahaha."

"Nggak pa-pa Chan?"

"Iya."

"Gaya bener Lo nyet! Kayak Lo aja yang bayar." Jepon menjitak kepala Chan, lagian semena-mena banget jadi orang. Iya kalau yang punya hajat setuju kalau nggak gimana?

"Chen! Gue panggil Zara boleh?" tanya Jeje waktu Chen duduk habis memesan makanan, mereka makan di salah satu rumah makan yang cukup terkenal dan punya beberapa cabang juga di Indonesia atau bahkan dunia.

"Panggil aja, asal jangan nyinyirin gue." Denger kata Chen, Jeje langsung WhatsApp Zara.

"Bentar lagi dia kesini."






"Bang Jep!" teriak Jepon.

Kelima makhluk di meja nomor dua belas itu langsung noleh. Mereka pada mikir, ini si Jepon nggak lagi kobam terus salah manggil orang kan ya? Kalau iya, sia-sia dong mereka milih tempat dipojok biar nggak malu-maluin pas ketawa ngakak.

"Eh Lo Pon."

Hamdallah, ternyata nggak salah orang.

Jeje bingung ini kenapa Kak Jeffery ada disini? Dunia kok sempit banget ketemu alumni SMP yang terkenal sama kebadungan sama kegantengannya, tapi nggak papa lah buat cuci mata.

Kak Jeffery langsung menghampiri Jepon sama Chan yang kebetulan kenal. "Ini temen-temen gue Bang. Pada tau kan ya?".

"Eh Jeje."

Bukannya menjawab, makhluk Tuhan yang dianugerahi kulit putih macam mayat ini malah menyalami Jeje, nggak tau apa Jeje udah takut. Bukan apa-apa, dulu pas kelas tujuh, Jeje pernah ketabrak tubuhnya Kak Jeffery yang tinggi tegap itu pas lagi dikejar Pak San, dia limbung dan berakhir jatuh menabrak tembok pula.

One Class | LengkapWo Geschichten leben. Entdecke jetzt