29. Ulangan

20 6 26
                                    


Day III

Pelajaran matematika yang mengawasi ulangan Pak San itu musibah. Baru masuk aja udah jelas aura kekelaman beliau, belum lagi kalau nanti ada yang ketahuan nyontek.

"Yang di meja cuma bolpoin sama tip X, selain itu taruh belakang. Kalau mau buat oret-oretan kertasnya sudah disediakan."

Selembar kertas HVS, beberapa lembar soal dan satu lembar jawaban udah ada di depan Jeje. Sebelum menjawab soal matematika alangkah baiknya kalau bernapas dalam-dalam sambil berdoa, jadi gak ragu kalau nanti tiba-tiba udah ada di alam baka gara-gara soal matematika yang diluar nalar.

Selesai mengisi data diri ya langsung aja menjawa soal. Untuk sejenis matematika, Jeje lebih memprioritaskan yang esai karena selain itu yang nilainya paling banyak, itu juga yang sulit. Kan kalau dijawab ABC-an dulu terus waktunya habis malah yang esai—notabe nilainya banyak— nggak sempat ke jawab kan sayang.

Jeje menyisakan satu soal nomor empat yang belum dia ketahui jawabnya, sekarang waktunya mengerjakan ABC-an. Kalau untuk ABC-an lebih baik yang mudah dikerjakan dulu, biar cepet selesai. Nanti langsung mikir yang susah-susah.

Tapi yang namanya ulangan itu ya nggak semudah itu, ada aja yang menghalangi. Entah karena lupa rumus atau jawabannya yang gak ada yang ternyata gara-gara salah menempatkan nol di perkalian awal, ya mau nggak mau harus mengulangi lagi.

"Sstts Dek! Dek!"

Jeje menoleh kearah kanan tepatnya ke arah kakak kelas yang kalau nggak salah temannya Kak Rangga.

"Panggilin Rangga," katanya sambil berbisik.

"Kak dipanggil teman Lo tuh."

"Siapa?"

"Ini di samping kanan."

"Napa Lo?"

Jeje yang ada di antara dua cowok yang sedang berdiskusi itu mau gak mau ya tetap bisa mendengarkan. Mulai dari bertanya jawaban sampai tukeran lembar jawaban, wah ini gak bisa dibiarin.

"Dek! Ambilin jawabannya Rangga dong."

"Hah?"

"Ambilin Dek! Cepet!"

"Kak di suruh ngambilin jawaban kakak."

"Nih."

Jeje cengo lagi, ini maksudnya dia dijadikan perantara antara dua manusia yang sedang bertindak kriminal ini?

"Mas! Lembar jawabannya jangan di oper-oper!" Tuh kan ketahuan! Udah dibilang guru itu cuma pura-pura fokus, aslinya mah mengawasi orang-orang yang mencurigakan.

"Apa toh Pak! Orang lagi pinjam pulpen ini."

"Nggak bohong kan?"

"Ya Allah Pak nggak percayaan amat sama saya."

"Kalau ketahuan tak potong anumu!"

"Kejam banget Pak!"

Pluk!

Pluk!

Pluk!

Tiga bulatan kertas tiba-tiba ada di depan Jeje. Kertas-kertas itu pasti isinya minta contekan, yakin Jeje mah.

Dan pas dibuka ya benar. Dari Jae, Jepon sama Chan. Ini yang Jeje doain supaya nggak nyontekan lagi itu si Jun—yang sekarang udah tobat nyontek— kenapa sekarang malah mereka yang nyontek. Perlu disembur juga ya?!

Pluk!

Satu kertas lagi kena bahu Jeje yang Alhamdulilah-nya bisa sampai di depan Jeje tanpa jatuh dan berpotensi ketahuan sama Pak San.

One Class | LengkapWhere stories live. Discover now