The baby

7.3K 865 125
                                    

Tepat tengah malam, Wooyoung baru saja kembali dari acara keluarganya. Ia memutuskan untuk keluar sebentar dan membeli beberapa makanan. Hanya butuh lima menit saja dari apartemennya, maka ia akan sampai ke supermarket terdekat.

Saat di perjalanan, Wooyoung melepas tudung jaketnya kala mendengar sebuah tangisan.

Ditengah malam, di jalanan yang sepi, siapa juga yang akan menangis seperti ini di saat-saat begini. Maksudku—kenapa disini?

Awalnya Wooyoung kira itu hanya halusinasi, namun saat ia mendekat pada sebuah tumpukan sampah—

—ia menemukan seorang bayi.

Bayi itu terbungkus kain didalam kotak yang di taruh di samping tempat sampah. Wajahnya terlihat pucat dan kulitnya dingin.

Haruskah Wooyoung melapor polisi?

Ah, tidak, tidak. Mungkin tidak sekarang. Ia harus memulihkan bayi itu lebih dulu sebelum melaporkannya. Wooyoung yakin polisi tak akan melakukan apa-apa untuk bayi itu agar bisa kembali membaik.

Wooyoung mengangkat tubuh makhluk mungil itu perlahan, menggendongnya lalu memeluknya erat, memberikan sedikit tepukan kecil guna menenangkan si bayi.

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

"Anakmu, ya?" si ibu kasir bertanya. "Um-" Sebelum Wooyoung sempat bicara, wanita itu memasukkan satu kotak susu lagi di plastik belanjaan Wooyoung.

"Jaga dia baik-baik. Apa istrimu sedang tidak ada? Anak ini kelihatan sakit," ia mengusap kepala bayi itu pelan.

"Sebenarnya ini bukan bayi ku. Aku—menemukannya..." ujar Wooyoung menjelaskan.

"Ah, begitu rupanya. Kau akan merawatnya? Kenapa tak bawa saja ke panti asuhan?"

kenapa...

tak...

bawa...

saja...

ke...

panti...

asuhan?

"Terimakasih bonus susunya, bu. Aku pergi dulu~" Wooyoung beranjak keluar, meninggalkan si ibu kasir yang membalas dengan senyuman canggung.

Panti asuhan? Anak ini? Kalau ia bisa merawatnya, kenapa harus di bawa kesana? Kalau si orang tua tak ingin anak, lalu kenapa mereka membuat anak ini lahir? Bukankah mereka itu kejam?

"Oh? Wooyoung-ah!"

Wooyoung tersentak. Seketika langkahnya terhenti dan seolah kakinya sudah lengket pada aspal tempat ia berdiri.

"Eh, anak siapa ini?"

Itu Mingi. Orang yang pernah Wooyoung bicarakan bersama San. Orang yang paling dihindari untuk bertemu.

"Ini anakmu? Sejak kapan kau hamil? Kenapa aku tak tau?"

Tiga orang di belakang Mingi tertawa. Wooyoung tak tau apa yang lucu, tapi yang pasti Wooyoung tak akan berani menatap mata mereka.

Mingi melirik Wooyoung dari atas sampai bawah, mendapati plastik belanjaan Wooyoung dipenuhi beberapa makanan ringan dan perlengkapan bayi.

Mingi menunduk, menatap Wooyoung dari dekat. "Ternyata benar bayimu, ya? Sejak kapan kau lepas perawan? Dengan lelaki mana? Dia meninggalkan mu?"

Wooyoung mengepalkan tangannya sehingga genggamannya pada plastik itu jadi lebih erat. "Bagaimana kalau bayi itu tau tentang ayahnya saat sudah dewasa? Bukankah dia akan sangat kecewa dengan fakta bahwa ia terlahir di luar pernikahan? Bahwa ibunya adalah orang yang seperti ini?"

"Jangan,, bawa-bawa,, bayi ini. Aku benar-benar tak ingin berurusan denganmu malam ini, oke?"

Mingi tertawa, "Wah, aku takut sekali." Ia bergerak mundur. "Baiklah, aku akan berbuat baik untuk bayi illegal mu. Jadi untuk hari ini—berterimakasihlah karena aku melepaskanmu."

Setelah Mingi sedikit menyingkir, Wooyoung langsung berjalan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia hanya ingin cepat pulang, merawat bayinya sampai membaik, lalu mencari orang tua  yang sebenarnya dari anak ini.

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

Wooyoung tengah menggendong bayinya sambil menyanyikan sebuah lagu tidur. Sepertinya bayi itu baru berumur beberapa bulan.

Ah ya, saat mengganti popoknya tadi, Wooyoung menemukan tulisan J's di kain bedung si bayi. Wooyoung tak tau apa artinya, mungkin itu nama si pemilik sebelumnya.

Ting Tong... Ting... Tong...

Wooyoung buru-buru menuju pintunya, dengan ceroboh dia langsung membuka pintu tanpa mengeceknya terlebih dahulu. Dan-

Ceklek..

"Wooyoung, lipstik punyaku-"

Kalimat San terhenti kala melihat seorang bayi tengah tertidur pulas di gendongan Jung Wooyoung.

"O-oke," San menarik napas panjang, "anak siapa ini?"

"A-ah... Itu... Aku-"

Sebelum Wooyoung sempat menyelesaikan kalimatnya, San menarik paksa Wooyoung masuk kedalam. Ia menatap bayi itu, lalu bergantian mengamati wajah Wooyoung.

"Huft, tidak mirip. Bukan anakmu ehehe," San cengengesan sambil mengusap dadanya.

"Anu, mulai sekarang aku merawatnya.."

"APA!? maksudku-KENAPA!?"

"Ssst! Nanti dia bangun!"

San langsung membekap mulutnya. Mengekori Wooyoung menuju kamar sambil menidurkan bayi itu di kasur miliknya.

"Jaga dia sebentar, aku mau ke toilet."

San mengangguk, ia melihat punggung Wooyoung hilang dari balik pintu. San ikut berbaring disebelah bayi itu, mengamati pahatan-pahatan wajah makhluk kecil yang ada disebelahnya.

"Kenapa Wooyoung membawamu?"

Ia memainkan jari-jari kecil yang tengah mengepal lucu, menyentuh hidung bayi itu sesekali menoel pipi tembamnya.

Ceklek...

"Wooyoung, kau menemukan dia?"

"Uh? Iya. Kenapa?"

Tanpa mengalihkan atensinya dari bayi itu, San mengelus wajah si bayi lalu berkata,

"Biarkan aku jadi ayahnya."

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆







aaaa aku ngga bisa ngga gemoy kalau nulis ff woosan :<

Oiya, kalau gabut bisa mampir juga ke sebelah ya, judulnya Candy Shop :D

Oke sekian, teuu-byeee
wkwkwk

[✔] Sanwoo: InstagramWhere stories live. Discover now