Proud

3.7K 564 80
                                    

Wooyoung tengah bicara dengan ibunya lewat telepon. Banyak yang mereka bicarakan, apalagi kalau tentang si ayah di si makne Subin. Mulut mereka sudah sangat lancar kalau dalam hal menggosip.

"Ah, ngomong-ngomong Wooyoungie, itu ... tentang laki-laki yang akhir-akhir ini sering datang kata ayahmu, itu siapa?"

"Hah? Siapa?" elak Wooyoung pura-pura tak tau. "Yeosang?"

"Ani- aku tau si Yeosang. Kalau ini yang wajahnya garang itu... Lelaki tampan dengan kulit pucatnya..."

"Tunggu, bagaimana ibu tau dia itu tampan atau tidak?"

"Aku punya fotonya," ujar Jimin sambil kembali mengamati selembaran foto San di ujung sana.

"Ibu, jangan lakukan itu. Secara tidak langsung kau terlihat menyeramkan..."

"Tidak penting. Sekarang aku tanya apa kau suka padanya?"

Wooyoung termenung sebentar, "Tidak?"

"Tidak?"

"Eung, tidak..."

Jimin mengerutkan kening. "Benarkah? Padahal aku mau mencocokkanmu dengan dia..."

"Ibu ini bicara apa... Sudahlah aku harus bekerja. Sampai jumpa, jangan lupa matikan kompor mu setelah memasak-!"

"Ah iya-"

Pip...

Setelah menutup teleponnya sepihak, Wooyoung memijat kepalanya pening. Jika terus begini, maka tentu saja orang tuanya akan curiga. Ia sepertinya benar-benar harus-

Tok... Tok...

"Jungso eomma~ Apa kabar? Sudah makan siang?"

Siapa lagi kalau bukan San. Dengan Jungso yang tengah tersenyum cerah di gendongan bayinya, San menggerakkan tangan si bayi seolah tengah melambai.

"Apa ini~ Orang tuaku sampai curiga karena kau sering datang kesini, tau?"

"Kenapa? Memang tidak boleh? Pasti mereka bilang aku tampan, kan?"

Wooyoung mendecih, lalu menghampiri Jungso anaknya. "Sudah beri dia makan, kan?" San mengangguk sebagai jawaban. Tak lupa memberitahu juga tentang ia dan Jungso habis kembali dari rumah Seonghwa.

"Uh, ngomong-ngomong," Wooyoung mendongak, menatap wajah San yang tampak ingin membahas sesuatu.

"Kau pergi ke acara kelulusan Subin besok, kan?"

Wooyoung terdiam, ia memilih kembali bermain bersama Jungso dibanding menjawab pertanyaan itu.

"Woo-"

"Aku tidak ikut..."

"Wooyoung, tidak bisakah kau luangkan sedikit waktumu? Aku tau kau sibuk, tapi-"

"Yang datang ke acara kelulusan adalah para keluarga. Aku bukan keluarganya-"

"-tapi kau kakaknya-"

"-angkat." San terdiam. "Aku cuma kakak angkat, oke? Aku rasa Subin juga tak mau aku datang. Dia akan malu pada temannya karena punya kakak seperti aku."

Si Choi terkekeh tak percaya. "Malu katamu?" Oh ayolah kawan, rollercoaster ini mulai lagi. "Kau bercanda, Woo?"

Wooyoung menghela napasnya, lalu beranjak kembali ke meja kerja.

"Subin itu bangga punya kakak secantik kau. Subin bangga punya kakak yang sukses di umur muda, penyandang pangkat tertinggi di perusahaan Jung. Subin bangga karena kau itu bagai malaikat, kau orang yang baik. Lihat, kau bahkan memilih merawat Jungso daripada mengantarnya ke panti, kan? Subin pasti bangga—karena kau kakaknya. Karena kau benar-benar kakaknya..."

Oh ayolah, siapa yang tak mau punya hubungan dengan orang seperti Wooyoung? Bahkan San saja ingin menikahinya sungguhan.

Wooyoung masih diam di meja kerjanya sebelum handphonenya kembali berdering.

"Hmm?" nadanya ketus.

"Kakak..." sedangkan Subin di seberang sana terdengar sedih.

"Apa?"

"Tak bisakah kau datang tahun ini? Sudah banyak acara kelulusan yang aku lalui tanpa kau, rasanya tak lengkap..."

"..."

"Datanglah, nne? Ini akan jadi acara kelulusanku yang paling berkesan!"

"Kenapa kau ingin aku datang?"

"Karena tanpamu keluarga Jung tak akan pernah lengkap... Karena kau kakakku..."

。・:*:・゚★,。・:*:・゚

Di lain tempat, di sebuah perusahaan lain yang tentu namanya sangat familiar—perusahaan Kang. Benar, ini adalah tempat Yeosang bekerja.

Jika di Perusahaan Jung—Wooyoung lah yang memimpin, beda halnya dengan perusahaan Kang. Ayah Yeosang masi memegang posisi tertinggi disana, tapi sebagian besar pekerjaan sudah di serahkan ke Yeosang.

Hari ini, Yeosang memanggil salah satu kepercayaannya ke ruangan. Namanya Han Seongwoo. Pangkatnya sudah termasuk senior disini.

"Itu,,, akan ada karyawan baru disini. Bisa kau mengurusnya? Hyung tau—seperti biasa," Seungwoo langsung paham tentang perintah itu.

"Baiklah, seperti biasa—percayakan padaku. Aku akan membimbingnya bahkan rela lembur sekalipun," jawabnya sambil tersenyum mengacungkan jempol.

"Namanya Jung Subin. Dia sebentar lagi akan lulus dari sekolahnya dan segera melamar kesini. Perlu kau garis bawahi, dia spesial, anak dari Jung Taehyung. Mengerti, kan, hyung?"

"Oh?!" Seungwoo sedikit kaget melihat data diri yang tengah ia genggam, "Aku bertemu dengannya beberapa hari kemarin..."

"Ah benarkah?"

"Ya, dia seperti puppy yang tersesat. Aku bahkan sempat berkunjung ke rumahnya kemarin."

"Owh, begitu rupanya. Baguslah, itu akan membantu kalian semakin akrab untuk bekerja."

Seungwoo mengangguk tersenyum, lalu kembali mengamati data diri itu.

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

yaampun San, kan Wooyoung udah bilang itu cuma karena ngga bisa makan udang~ ngga ada apa-apa disitu hey

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

yaampun San, kan Wooyoung udah bilang itu cuma karena ngga bisa makan udang~ ngga ada apa-apa disitu hey...(inside jokes bagi pembaca setiaku:"))

gemes banget, abis liat ini aku langsung menggebu nulis cerita:v

btw, klu salah satu book ini atau book sebelah (candy shop) tamat, aku lanjutin part 1 yang PRECIOUS ya.. (Udh publish bbrp bab btw :))

[✔] Sanwoo: InstagramOnde as histórias ganham vida. Descobre agora