Jung So-ie

6.1K 815 119
                                    

Wooyoung terbangun kala bayi kecilnya menangis di pagi buta. Ia masih mengantuk, jadi hanya tangannya saja yang ia gerakkan untuk menepuk-nepuk sang bayi untuk kembali tertidur.

Tangisan itu tak kunjung berhenti, sampai San yang ada disamping si bayi ikut menggeliat karena tidurnya terganggu.

Akhirnya Wooyoung memutuskan untuk beranjak dengan nyawa yang belum terkumpul sama sekali. Ia menyekat si bayi dengan beberapa bantal agar tak terjatuh lalu pergi ke dapur untuk membuatkan sebotol susu.

"Woo, anakmu tak mau berhenti~" San mengeluh dengan suara serak khas bangun tidurnya.

Wooyoung kembali naik ke kasur, mengangkat bayi itu dan langsung memberikannya susu yang telah ia buat. Wooyoung mengayunkan badannya seperti buaian bayi agar makhluk itu bisa kembali lelap di dalam dunia mimpinya.

San menghimpit kepalanya dengan bantal, berusaha kembali tidur dengan tangisan bayi melengking memenuhi satu ruangan.

"San, aku harus kerja sebentar lagi." ujar Wooyoung masih dengan kegiatannya. Ia melihat ke arah jam, ternyata tak sedini itu. Kira-kira sekitar lima menit lagi makan jarum pendek jam akan sampai pada angka enam.

"Pekerjaanku selalu malam. Tinggalkan saja dia denganku. Kau pergilah bekerja," suara San sedikit teredam, namun Wooyoung masih dapat mendengarnya.

"Kau yakin?"

"Hmm..."

"Kalau begitu jaga dia sebentar, aku mau buat sarapan." Wooyoung menari bayi itu di samping San. Ia sudah tak menangis, San tinggal membantu si bayi memegang botolnya saja.

"Jangan terlalu tinggi, nanti dia tersedak."

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

"Yeonjun, hari ini apa aku punya jadwal malam?" Wooyoung menaruh jempolnya pada alat untuk absen, berjalan cepat kearah ruangannya seiringan dengan Yeonjun yang mengikuti.

"Tidak ada. Tapi besok mungkin kau akan pulang terlambat untuk pertemuan klien lagi."

"Pindahkan jadwalnya. Mulai sekarang jangan buat pertemuan atau kegiatan apapun yang membuat aku pulang malam. Oke?"

"Baiklah," Yeonjun mencatat semua yang Wooyoung katakan. Kepalanya meneleng kala ia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya dengan Wooyoung.

"Tumben kau pakai dasi. Biasanya kan kau pakai macam-macam dalaman selain kemeja. Kalau pakai kemeja pun, aku yang memasangkan dasimu. Sudah pandai pakai sendiri ya?" Yeonjun cekikikan pelan.

Wooyoung menyentuh kerah baju dimana terdapat dasi yang tadi pagi San pakaikan untuknya. Bukannya Wooyoung tak pandai memakai dasi, cuma—tidak rapi saja. Dan hari ini, dasinya jadi rapi karena San yang memakaikan.

"Hari ini apa jadwalku?"

"Tidak banyak, beberapa ringkasan jadwal minggu ini akan kukirimkan lewat email." Yeonjun mulai mengutak-atik tabletnya.

"Ah benar, acara kelulusan Subin diadakan bulan depan, kan? Mau ku kosongkan jadwalmu juga?"

Wooyoung melirik foto Subin dan dirinya pada bingkai foto kecil disudut meja. Ia menimang-nimang apakah ia harus pergi atau tidak.

"Kau pikir aku harus pergi?" Yeonjun mengangguk, "Kau kan kakaknya." Wooyoung tersenyum miring. Ya, kakak angkatnya.

"Baiklah kalau begitu. Lakukan sesukamu." Wooyoung mengangguk-ngangguk sembari tangannya menginstruksi Yeonjun untuk pergi.

Wooyoung melihat-lihat jadwal yang barusan terkirim lewat email. Ia harus menggulirkan halaman cukup lama untuk menemukan akhir. Cih, tidak banyak apanya.

Melihat semua kotak-kotak dan jadwal itu, Wooyoung jadi teringat bayinya di rumah. Apa seharusnya dia buatkan daftar kegiatan juga untuk Choi San?

Setelah itu, jari jemari Wooyoung mulai menari di atas layar ponselnya.

Wooyoung
Choi San, ini aku.
Jangan lupa beri makan bayinya.
Jika dia menangis, beri dia susu atau cek popoknya setiap beberapa kali. Aku sudah menuliskan takaran makanan dan susu di kulkas dengan sticky note. Jangan lupa dibaca. Ah ya, pastikan  bayinya tetap hangat dan berikan dia vitamin juga. Jangan berlaperilaku kasar dan bicaralah lembut pada bayi itu. Aku mengawasimu, Choi San.

Kalau terjadi apa-apa pada bayiku akan ku penggal kepalamu.
[read 10:30]

San
Ya.
[read 10:40]

Wooyoung mendengus kesal kala mendapat jawaban singkat dari San. Hatinya tidak tenang meninggalkan si bayi dengan orang itu berdua.

Sementara itu...

"Ibu mu cerewet sekali," San melempar ponselnya ke kasur setelah itu beralih berbaring melanjutkan kegiatannya dengan si bayi.

Ia menoel bibir si kecil sampai membuat anak itu sedikit tertawa. Sesekali San menempelkan hidungnya dengan tangan mungil bayi itu dengan lucu menyentuh wajah San.

"Kamu belum punya nama, ya?"

San tersenyum gemas karena jari telunjuknya ditarik oleh bayi itu, "Bagaimana kalau Choi Jung So?" San sedikit terkikik karena mulutnya benar-benar asal menyebutkan nama tersebut. Tapi siapa sangka, si bayi malah tersenyum lebar karena mendengar panggilan itu.

"Ah~ kau suka? Kau suka Jungso-ie? Benarkah??~" San kadang terlihat seperti orang gila karena bicara sendiri.

"Mau jalan-jalan sebentar dengan ayah? Kita bisa beli mainan untukmu juga. Mau? Ututututu...." Sambil mengangkat Jungso, San mengambil jaket dan beberapa barang untuk perlengkapan si kecil sebelum keluar.

"Ayo kita jalan-jalan Jungso-ie~"

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆




Jung so... Hampir aja aku buat nama kamu Woosan, nak~

[✔] Sanwoo: InstagramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang